Page 28 - Modul
P. 28
9. Rangkuman
Diplomasi antara Indonesia dengan Belanda mengalami jalan butu karena
kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran-pelanggaran, dan
masing masing pihak bersikukuh atas interprestasi isi Perjanjian Linggarjati dan
saling tidak mempercayayai satu sama lain tentang pelaksanaan perjanjian
tersebut. Berbagai aksi kekerasan dan pelanggaran segala perjanjian yang
dilakukan oleh pihak Belanda dtengarai oleh pihak Republik sering terjadi
diberbagai tempat, sehingga membuat suasana tidak kondusif. Di tengah-tengah
upaya mencari kesepakatan dalam pelaksanaan isi Persetujuan Linggarjati,
ternyata Belanda terus melakukan tindakan yang justru bertentangan dengan isi
Persetujuan Linggarjati. Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan sehingga
muncul mosi tidak percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin dan pada tanggal
23 Januari 1948, Amir menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden.
Dengan demikian perjanjian Renville menimbulkan permasalahan baru, yaitu
pembentukan pemerintahan peralihan yang tidak sesuai dengan yang terdapat
dalam perjanjian Linggarjati.
Seperti yang telah diduga sebelumnya, pada tanggal 19 Desember 1948
Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Sebelum pasukan Belanda begerak
lebih jauh, Van Langen (wakil jenderal Spoor) berbisik kepada Van Beek
(komandan lapangan agresi II): “overste tangkap Sukarno, Hatta, dan Sudirman,
mereka bertiga masih ada di istana”, demikian perintah pimpinan Belanda
terhadap ketiga pimpinan nasional kita. Agresi militer II itu telah menimbulkan
bencana militer maupun politik bagi mereka walaupun mereka tampak
memperoleh kemenangan dengan mudah.
Modul Sejarah Perang Kemerdekaan di Jember

