Page 17 - Edisi 111 Desember 2013 | Majalah Komunitas LAZIS Sabilillah Malang
P. 17
Suami Korban Tabrak Lari,
Sehari-hari Jual Sandal
IBU Irna Choirun Niswatin, janda 2 anak dahulu ia dijanjikan di perusahaan almarhum survei LAZIS Ibu Irna mengatakan; “Lha untuk
yang bertempat tinggal di Jl Arief Rahman ayahnya bekerja, tetapi dikarenakan beberapa sehari2 saja kulo nyuwun saking Sabilillah nopo
Hakim III Kota Malang yang saat ini juga hal akhirnya iapun mengurungkan niatnya. maleh untuk kebutuhan sekolah.’’
sebagai penerima program Bedah Rumah Cita-citanya sangat keras untuk bisa menjadi LAZIS sendiri juga membantu permodalan
tahap ke 5, sejak suaminya meninggal dunia seorang polisi, maka ia sering ikut pendaftaran usaha sampai tidak punya beras untuk sehari-
pada 2009, ia hidup hanya dengan 2 orang menjadi polisi hingga kali ke 2 ia gagal hari. Hampir untuk kebutuhan sehari-hari
anaknya saja. Dan saat ini telah menjadi mengikuti test. LAZIS yang memberi bantuan, apalagi untuk
anak asuh LAZIS Sabilillah. Lewat program Kenapa Yusuf kenapa kok gak mencari sekolah Ridho, sampai yang terakhir kemaren
beasiswa dan pendayagunaan yatimlah bu Irna pekerjaan yang pasti saja, malah ingin menjadi 1 bulan yang lalu menyampaikan bahwa
menitipkan anak-anaknya untuk mendapatkan seorang polisi? Yusuf menjawab; ‘’Semenjak rumahnya kebocoran sehingga air masuk
bantuan pendidikan rutin setiap bulannya. ditinggal meninggal ayah ibu susah cari sampai ke meteran listrik. Segera LAZIS
Bantuan itu antara lain untuk anak uang, dan pinjam uang sana sini Pak, saya langsung menuju lokasi untuk survei, alhasil
pertamanya M. Yusuf yang baru saja lulus kasihan sama ibu. Dengan menjadi polisi ibu memang yalak untuk diberbaiki. Khususnya
SMKN 4 Malang tahun 2012. Dan adiknya M. pasti senang, dapat membiayai adek saya di rumah bagian tengah sampai ke belakang,
Ridho yang saat menjadi anak asuh pertama sampai kuliah. Keluarga kami tidak susah lagi 60% sudah tidak layak dan hancur.
kali massih menginjak kelas 4 SD. Saat ini Yusuf sehingga tidak ada orang yang meremehkan Memang zaman sekarang tidak mudah
bekerja di usaha percetakan milik saudara lagi,” katanya. mencari pekerjaan yang pasti, jangankan
teman sekolahnya. ‘’Kalau ada pesanan cetak, Sementara usaha yang sekarang dilakukan yang hanya lulusan SMK yang sarjana saja
baru ia di panggil,’’ ujar Bu Irna. Sedangkan Bu Irna menyulam kristik untuk bahan masih banyak yang nganggur, tidak menutup
M. Ridho telah menginjak kelas kelas 1 SMP membuat sandal yang dijual di pasar-pasar kemungkinan banyak sarjana yang bekerja
di SMP Islam Athtaroqie Malang. Ridho pun tradisional dan membuat krupuk yang sebagai sopir, Pom Bensin, SPG di toko-toko.
sangat membutuhkan banyak biaya karena dibungkus plastik dan dititip-titipkan di warung- Hanya saja bagaimana kita berusaha bekerja
sekolahan merupakan milik yayasan yang warung di sekitar wilayah Jl. AR Hakim tempat semaksimal mungkin dengan hati yang ikhlas
kebanyakan sulit dan tidak bisa mengajukan tinggal ibu Irna berada. dan istiqomah Insya Allah kita semua pasti
keringanan. Suka duka setiap harinya Tim LAZIS sudah akan menemukan jalan yang diberikan oleh
Menurut Yusuf, putra pertama Bu Irna sangat banyak menerima sambatan ibu Irna, dari Allah… Amien. (*)
Ibu Irna, kedua dari Kiri. Pada saat
ceremony pelaksanaan program bedah
rumah tahap 5 pada hari Minggu lalu ber-
sama pengurus harian LAZIS Sabilillah
Majalah Komunitas Sabilillah
Edisi 111 / Desember 2013 / Thn: 06 17

