Page 18 - Edisi 179 April 2021 | Majalah Komunitas LAZIS Sabilillah Malang
P. 18

Konsultasi  Agama     Konsultasi  Agama     Konsultasi  Agama


       Hukum Menjawab Salam Kepada Non Muslim



        ASSALAMU alaikum wr. wb. Redaksi yang kami hormati,
       Kondisi masyarakat semakin heterogen dan cair. Dalam sebuah
       perkumpulan kita tidak hanya berinteraksi dengan saudara
       seiman, tetapi juga saudara sebangsa dan setanah air, atau   Artinya, “Diriwayatkan di Shahih Bukhari dan Muslim dari
       lintas Negara dengan lintas agama. Masalahnya mereka kerap   Anas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika
       mengawali pertemuan atau membuka forum dengan salam    ahli kitab mengucap salam kepadamu, maka jawablah ‘wa
       untuk menghormati umat Islam. Apakah kita harus menjawab   ‘alaikum,’’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus:
       salam mereka? Dan ini tampaknya sudah lazim sekali di   Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 217). Sementara
       masyarakat. Terima kasih. (NOOR-Jygrd))                Abu Said menawarkan lafal lain yang dapat digunakan sebagai
                                                              jawaban atas salam non-Muslim. Sejauh ada hajat tertentu
        Jawaban :                                             seperti menghormati non-Muslim yang mengawali pertemuan
        Penanya yang budiman, semoga dirahmati Allah SWT.     dengan salam, maka lafal-lafal tawaran Abu Said dapat digunakan
       Salam merupakan bagian dari ibadah karena salam itu mengandung   sebagai alternatif.
       doa sesama Muslim setiap kali mereka berjumpa atau berpisah.
       Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menebar salam
       karena mengandung doa kesejahteraan dan kedamaian.




                                                                Artinya,: “Abu Said berkata, kalau seorang Muslim ingin
                                                              menghormati non-Muslim, maka ia dapat menghormatinya
        Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah   dengan kalimat selain salam, yaitu dengan kalimat ‘hadākallāhu
       SAW bersabda, ‘Kalian tidak akan masuk surga sehingga   (semoga Allah memberi petunjuk padamu)’, ‘An‘amallāhu
       kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sehingga kalian   shabāhaka (semoga Allah membuat pagimu indah).’ Menurut
       saling mencintai. Mau kah kalian aku tunjuki sebuah amal   saya (kata Imam An-Nawawi), pendapat Abu Said itu tidak
       yang bila dilaksanakan membuat kalian saling mencintai?   masalah jika ada keperluan di mana seseorang menjawab,
       Tebarkanlah salam,’” (HR Muslim). Lalu bagaimana dengan   ‘Semoga pagimu ini baik, bahagia, atau sehat’, ‘Semoga Allah
       salam terhadap non-Muslim?.                            membuat pagimu bahagia, gembira, dalam nikmat, dalam
        Ulama Mazhab Syafi‘i berbeda pendapat soal ini. Masalah   kesenangan, atau serupa itu.’ Tetapi jika tidak diperlukan,
       ini dibahas oleh Imam An-Nawawi dalam Al-Azkar yang    maka sebaiknya tidak menjawab apa pun,” (Lihat Imam An-
       mengangkat perbedaan pandangan ulama tersebut.         Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391
                                                              H], halaman 217). Sejumlah pandangan ulama ini demikian
                                                              adanya dengan asumsi bahwa salam yang diucapkan itu
                                                              diniatkan sebagai doa yang tidak lain adalah ibadah dan
                                                              karenanya bersifat sakral.
                                                                Tetapi kita dapat menggunakan lafal “wa ‘alaikum salam”
        Artinya, “Adapun perihal non-Muslim, ulama kami berbeda   sebagai sebagai jawaban salam non-Muslim dengan niat bukan
       pendapat. Mayoritas ulama kami memutuskan bahwa memulai   sebagai doa, tetapi diniatkan sapaan pergaulan dan karenanya
       salam kepada non-Muslim tidak boleh. Tetapi sebagian ulama   bersifat profan. Kita dapat meminjam lafal “wa ‘alaikum salam”
       menyatakan hal itu tidak haram, tetapi makruh. Tetapi ketika   yang menjadi jawaban untuk salam non-Muslim tanpa meniatkannya
       mereka memulai salam kepada Muslim, maka cukup dijawab   sebagai doa sehingga bersifat profan, tidak meniatkannya sebagai
       ‘Wa ‘alaikum’ dan tidak lebih dari itu,” (Lihat Imam An-Nawawi,   doa sebagaimana salam yang diamalkan umat Islam pada umumnya
       Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman   yang bersifat sakral. Peminjaman lafal ini dalam istilah kajian
       216). Imam Al-Mawardi se bagaimana dikutip oleh Imam An-Nawawi   balaghah disebut sebagai iqtibas. Demikian jawaban singkat
       membolehkan lafal “wa ‘alaikum salam” tanpa “wa rahmatullāh”   kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka
       sebagai jawaban salam non-Muslim. Tetapi pandangan ini sangat   dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca. Wallahul
       lemah. Pandangan ini, kata Imam Nawawi, bertentangan secara   muwaffiq ila aqwathih thariq, Wassalamu ’alaikum wr. wb.
       umum dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini.   (Sumber: NUONLINE)


             Redaksi menerima pertanyaan dari jamaah, donatur, muzaki dan sahabat Sabilillah yang berkaitan dengan permasalahan -permasalahan
           keagamaan atau ibadah, kesehatan maupun psikologis parenting. Pertanyaan bisa dikirim melalui nomor-nomor SMS centre yang ada, melalui
             web http://sabilillahmalang.org, akun FB dan email: lazissabilillah@gmail.com atau diserahkan secara langsung ke kantor masjid
                                                 Sabilillah setiap hari pada jam kerja.
       18   Majalah Komunitas Sabilillah
            Edisi 179 / Terbit Bulan April 2021 / Thn: 09
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23