Page 32 - Modul
P. 32
Kedatangan Belanda yang secara terang-terangan ingin menguasai Indonesia
mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perlawanan
inilah yang disebut sebagai Perang Kemerdekaan. Perang Kemerdekaan adalah suatu wujud
perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan ini dilakukan baik dengan cara diplomasi maupun dengan peperangan. Kegagalan
diplomasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak telah memunculkan peperangan. Belanda
melancakan Agresi Militernya pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan pertama Agresi Militer
Belanda adalah menduduki beberapa daerah yang politik dan ekonomis sangat penting yakni
Sumatera Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Pulau Madura serta daerah perkebunan
Ujung Jawa Timur antara lain meliputi daerah Situbondo, Bondowoso, Jember dan
Banyuwangi (Nasution, 1978: 137; Yuliani, 2014: 3).
Penandatanganan Persetujuan Renville kemudian muncul untuk meredam Agresi
Militer yang pertama. Persetujuan Renville dilaksanakan di atas Kapal Pengangkut Renville
pada tanggal 17 Januari 1948 (Nasution, 1978: 456). Perjanjian Renville menimbulkan
dampak buruk bagi Indonesia, karena wilayah Indonesia menjadi semakin sempit. Wilayah
Indonesia di Pulau Jawa hanya terdiri dari Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai
di Kediri, Blitar dan sebagian daerah Malang. Akibat dari Persetujuan Renville, Indonesia
terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer yang berada di daerah kekuasaan
Belanda dan kantong kantong gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia.
Perjanjian Renville yang baru berjalan tiga bulan tidak berjalan dengan apa yang telah
disetujui, di mana Belanda tetap melaksanakan serangan total di segala bidang. Perang Politik,
Perang Militer dan Perang Ekonomi. Belanda terus menyusun negara boneka di luar Republik
Indonesia (Nasution, 1978: 165). Hal ini bertujuan untuk menghancurkan Republik Indonesia
yang wilayahnya menjadi sempit.
Modul Sejarah Perang Kemerdekaan di Jember

