Page 36 - Modul
P. 36

1.  Persiapan Wingate Action Brigade III Damarwulan

                              Persetujuan Renville antara Indonesia dengan Belanda menimbulkan dampak

                       buruk  bagi  Indonesia,  karena  TNI  yang  wilayahnya  berhasil  diduduki    Belanda
                       diperintahkan untuk meninggalkan daerahnya. Tentara yang meninggalkan daerahnya

                       untuk  pergi  ke  daerah  Republik ini  yang  dimaksud  dengan  tentara  hijrah.  Pasukan
                       TNI hijrah ini di samping menjalankan perintah hijrah sebagai pengosongan daerah-

                       daerah  yang  dikuasai  Belanda,  juga  ditunjukan  untuk  mempersiapkan  diri  guna
                       peperangan jangka lama dengan bertemakan gerilya (Dewan Harian Daerah, 1972: 1).

                              Menjelang bulan Februari 1948 dihijrahkan 35.000 TNI dari kantong kantong

                       di Jawa ke daerah Republik, yang disusul kemudian oleh beratus-ratus ribu pengungsi
                       sipil yang meningkat sampai lebih dari sejuta (Nasution, 1968: 123). Penghijrahan ini

                       dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara Indonesia dengan Belanda di atas Kapal
                       Renville.  Hijrah  di  Jawa  Timur  juga  terdapat  di  daerah  Besuki  dan  Madura  yang

                       dilakukan  oleh  masing-masing  Resimen  40/Damarwulan  dan  Kesatuan  Jokotole

                       (Dewan Harian Daerah, 1972: 1). Hijrahnya kedua Resimen ini karena daerah mereka
                       berhasil  dikuasai  olehBelanda  pada  Agresi  Militer  I,  sehingga  mereka  harus  rela

                       meninggalkan aerahnya untuk menuju daerah Republik.
                              Perintah Reorganisasi dan Rasionalisasi di kesatuan Brigade III Damarwulan

                       akan dilaksanakan sejak awal April, namun menjelang pelaksanaan Reorganisasi dan

                       Rasionalisasi terjadi perubahan pemimpin dalam kesatuan Resimen 40 Damarwulan.
                       Semula jabatan komandan dipegang oleh  Letkol Prayudi kemudian  digantikan oleh

                       Letkol  Moch  Sroedji  (Irawati,  2014).  Letkol  Moch  Sroedji  sebagai  komandan
                       Resimen 40 Damarwulan yang baru dihadapkan pada dua tugas, yaitu memperhatikan

                       pemeliharaan anak buah anggota hijrah daridaerah Besuki dan melaksanakan Re-Ra
                       sebagai persiapan pembentukan Brigade Mobil untuk Karesidenan Besuki khususnya

                       (Djoeri, 1963: 7).

                              Pada bulan Mei 1948 persiapan ditingkat pimpinan Angkatan Perang RI sudah
                       direncanakan  yaitu  rencana  umum  TNI  menghadapi  Agresi  Militer  2  Belanda.

                       Perintah  Siasat  No.  1  yang  berisi  soal  “wingate”  satuan-satuan  ke  masing-masing
                       daerah  “wehrkreise”  dan  pelaksanaannya  dengan  Perintah  Kilat  No.1/PB/D/1948

                       (Soetojo, 1983: 45). Brigade III Damarwulan dalam perintah siasat itu berada di



               Modul Sejarah Perang Kemerdekaan di Jember
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41