Page 17 - bahan ajar
P. 17

c.  Kata Konkret
                   Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca maka kata-kata harus diperkonkret.

               Kata-kata yang diperkonkret ini berkaitan dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair

               mahir  memperkonkret  kata-kata,  pembaca  seolah-olah  melohat,  mendengar,  atau  merasakan
               hal-hal yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian, pembaca terlibat penuh secara batin ke

               dalam puisi tersebut.

               d.  Majas (Bahasa Figuratif)
                   Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan

               cara  yang  tidak  biasa,  yakni  secara  tidak  langsung  mengungkaplan  makna.  Bahasa  yang
               digunakan  seakan-akan  berfigura  (bersusun-susun).  Bahasa  yang  dinyatakan  sebagai  bahasa

               figuratif  ini  terdiri  atas  pengiasan  yang  menimbulkan  makna  lambang.  Kata  atau  bahasanya
               bermakna kias atau makna lambang (Ristiani, 2017).

               e.  Verifikasi (Rima, Ritme)

                   Rima adalah pengulangan bunyi dala puisi. Kata rima dihunakan untuk mengganti istilah
               pesajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangan bunyi tidak

               hanya pada akhir baris, tetapi juga untuk keseluruhan baris dan bait.
               f.  Tata Wajah (Tipografi dan Enjambemen)

                   Tipografi dan enjambemen merupakan dua hal yang menyangkut perwajahan sebuah puisi.
               Tipografi disebut juga ukiran bentuk. Dalam sebuah puisi, tipografi diartikan sebagai tatanan

               larik, bait, kalimat, frasa, kata, dan bunyi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu bentuk

               fisik (menciptakan keindahan visual) yang mendukung isi, rasa, dan suasana. Contoh tipografi
               sebagai lukisan bentuk puisi adalah huruf kapital dan huruf kecil serta pemakaian tanda baca.



            2. Struktur Batin Puisi
            a.  Tema

                  Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Gagasan pokok begitu kuat
                memengaruhi penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan kuat itu

                berupa hubungan antara penyair dan Tuhan maka puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan
                yang kuat itu berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan maka puisinya bertema kemanusiaan.

                Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, temanya adalah protes atau

                kritik sosial. Jika perasaan cinta (kasih sayang, asmara, patah hati) yang kuat, tema puisinya
                adalah percintaan.
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22