Page 10 - Edisi 172 Tahun 2019 | Majalah Komunitas LAZIS Sabilillah Malang
P. 10

Renungan













































                                                                                                   O l e h :
                                                                                            Dr. Abdul Adzim Irsad
                                (Bagian 2)




        AGAR senantiasa hati-hati,   murid (santri) harus dipaksa ngaji   hanya tidur-tiduran dan   karena orangtua tidak bisa
       maka perhatikanlah pesan Imam   kepada Kyai. Tujuan utamanya     menghabiskan duit orangtua dan   mendidiknya secara langsung
       Malik ra sebagai berikut,       sebenarnya bukan mondoknya,   juga menghabiskan  waktu. Tidak   karena keterbatasan. Mondok
       “sesungguhnya ilmu itu adalah   tetapi “ngaji (Thalabul Ilmi)   sedikit, orang yang memondokkan   itu  menjadi wajib, karena
       agama, maka perhatikanlah dari   kepada sang Kyai. Kyai     putranya di pesantren, karena   orangtua benar-benar tidak memili
       mana kalian mengambil  agama   menyediakan pesantren (pondok),   merasa tidak  betah dengan prilaku   ilmu untuk memintarkan putra-
       kalian”.                   dengan tujuan agar supaya setiap   putranya selama di rumah. Ada   putrinya.
                                  santri bisa nginep, dan  mudah   juga orang tua lebih suka putranya    Kalau mengaca kepada Imam
              Ngaji tidak         belajar kepada gurunya.     di  pondok, tetapi ruhaninya tidak   Abu Hanifah ra,  ternyata beliau
             Harus Mondok           Di pondok juga di ajari bagaimana   nyambung dengan putra-putrinya.   itu  di  didik  langsung    oleh
        Jika ingin menjadi orang beri-  berinterkasi dengan sesama, dan   Sehingga banyak keluhan dari   ayahandanya di toko busana
       lmu tidak harus mondok, tetapi   bagaimana cara  memuilakan guru   Kyai dan ustad kepada atas prilaku   miliknya. Baru ketika usia 16
       harus ngaji kepada ulama yang     dan keluarganya, sebagaimana   santri-santri yang  jauh dari   tahun diajak berangkat haji,  dan
       benar-benar sanadnya nyambung   yang dilakukan oleh Imam Abu   harapan Kyainya. Selama di   sejak saat itulah pergulatan
       dengan Rasulullah SAW. Nah,   Hanifah ra.  Dan yang paling penting   pesantren, wali santri tidak kenal   intelektual imam Abu Hanifah
       pondok pesantren itu satu- satunya   adalah “belajar mandiri” selama   dengan Kyai dan  keluarganya.   terus berkembang. Sehingga
       lembaga pendikan non formal   di pondok pesantren. Karena itu     Bahka, ada juga yang tidak pernah   Imam Abu Hanifah bertemu
       yang benar-benar memberikan   akan menjadi modal utama ketika   berkunjung (silaturahmi) kepada   dengan tabiin, dan juga ulama
       apa yang diinginkan  oleh setiap   terjun di masyarakat luas, dan juga   Kyainya.   fikih, hadis di Makkah. Sejak
       santri dan memenuhi cita-cita   bagaimana hidup  bersama    Padahal, tugas utama bagi   itulah Imam  Abu Hanifah
       orangtua.                  keluarganya kelak.          setiap orangtua itu adalah   berkelana mencari ilmu sebanyak
         Ketika berada di pesantren,                          “mendidik fisik, ruhani, dan     banyaknya. Konon, guru Imam
       sebenarnya orangtua telah    Tidak dipungkiri, banyak santri   spritual anaknya”. Bukan   Abu Hanifah itu mencapai 400
       memasrahkan putranya kepada   yang mondoknya karena pelarian.   menitipkan kepada lembaga   guru, dengan perincian 7 termasuk
       guru   (Kyai). Sehingga sang   Sehingga selama di  pondok itu   pendidikan. Mondok itu alternatif,     sahabat Rasulullah SAW



       10   Majalah Komunitas Sabilillah
            Edisi 172 / Terbit Bulan November 2019 / Thn: 07
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15