Page 9 - Edisi 164 Juni 2018 | Majalah Komunitas LAZIS Sabilillah Malang
P. 9

(Bagian 4)


        SELANJUTNYA, Nahrowi melanglang                                         Malang, kemudian tidak tahu Embong Arab
       buana, mendalami ilmu agama dipesantren                                  yang kebangeten. Karena di Embong Arab
       Jampes  Kediri  untuk  belajar  langsung                                 cukup banyak kuliner, mulai khas Arab,
       kepadaKyai Ihsan Muhammad Dahlan Jampes.                                 sepertu; rumah makan Cairo, Dauan, Bang
        Tidak puas dengan Pesantren Jampes, Kyai                                Saleh. Jadi, jika mampir ke Embong Arab
       Nahrowi melanjutkan Pesantren Siwalanpanji                               Kota Malang, jangan lupa daerah“Jagalan”.
       Sidoarjo yang diasuh oleh Kiai Ya’qub. Sebagian                            Di situlah komunitas keturunan Arab Yaman
       besar dari perintis dan pendiri NU, seperti;                             bergumul. Di Jagalan terdapat sebuah masjid
       KH Muhamamd Hasyim Asaary pernah nyantri                                 besar “Nurul Huda”, dimana sebagian
       di Siwalan Panji-Sidoarjo. Begitulah penjelasan                          masyarakat Jagalan dan sekitarnya menunaikan
       KH Abdullah Fakih Al-Marhum                                              sholat lima waktu di Masjid Nurul Huda.
        Kurang puas dengan ilmu yang dimilikinya,                                 Sebagian dari jamaah masjid adalah para
       Kyai Nachrowi melanjutkan penjelajahannya                                habaib (durriyah Rosulullah SAW). Dan
       ke Pondok Pesantren Jamsaren Solo yang                                   sebagian lagi keturunan  Arab  Yaman
       diasuh oleh Kiai Idris (w. 1923).  Pesantren-                            (masyayih) yang sebagian besar adalah
       pesantren yang menjadi rujukan ulama NU-                                 berniaga jualam parfum dan kurma.
       Santara di dalam mendalami ilmu agama                                      Di Jagalan terdapat dua lembaga pendidikan,
       dan hakekat,  Pesantren, Jampes Kediri,                                  pertama “Muallimin” yang di dirikan oleh KH
       Siwalan Panji Sidoarjo, al-Khozini Buduran,                              Nahrowi sebagai Begawan pendidikan dari
       Sidogiri-Pasuruan, Miftahul Huda-Malang,                                 Jamiyah NU. Kedua Al-Taroqi yang di dirikan
       Langitan Tuban, dan Jamsaren Solo. Pesantren                             oleh Habaib (Durriyah Rosulullah SAW).
       di atas menjadi rujukan ulama-ulama NU-                                  Keduanya bertujuan menjaga akidah Ahlussunah
       Santara yang benar-benar mengabdikan diri                                Waljamaah bermadzhab Al-Syafii.
       untuk ilmu dan agama, dan Negara.     Mendirikan Madrasah Muallimin         Sejak dulu kala, NU dan Habaib itu memang
        Selanjutnya, KH Nahrowi nyantri di   Jika ingin melihat keramat seseorang,   saling melengkapi, karena memang NU mencintai
       pesantren Kyai Kholil Bangkalan. Dimana   maka lihatnya karyanya. Para ulama terhadulu   para Habaib (keturunan Rosulullah SAW).
       Grang Kyainya adalah Syekhona Kholil   bukan saja menulis karya ilmiyah, seperti;   Kyai NU, dimana-pun berada selau mengajarkan
       yang sudah jaddab sejak usia muda. Ketika   kitab Nasoikhul Ibad karya Imam Nawawi   cinta dan memulyakan durriyah Rosulullah
       di Makkah, Kyai Kholil ngaji kepada ulama   Al-Bantani, Kanju Al-Najah karya Syekh   SAW, walaupun durriyah Rosulullah SAW
       Masjidilharam, uniknya semua keterangan   Abdul Hamid Ali Kudus, Khasiyah Al-Tirimisi   bukan seorang yang ber-ilmu.
       ditulis di tangan dan bajunya. Kyai Kholil   karya Syekh Muhammad Al-Tirmisi Pacitan.   Di belakang Masjid Nurul Huda, terdapat
       juga memiliki seorang guru tasawuf yang   , Para ulama ada terdahulu, ada juga yang   Madrasah Muallimin yang dirikan KH Nacrowi.
       buta. Setiap malam, Kyai Kholil tidur di   mendirikan lembaga pendidikan, dengan   Sementara Madrasah Al-Taroqi putra letaknya
       depan pintu, dengan harpan setiap malam   harapan bisa memberikan bermanfaat, seperti   di sebrang jalan Masjid Nurul Huda.
       gurunya “keandung” dirinya. Dengan demikian,   Universitas Al-Azar Syarif Mesir, Madrasah
       Kyai Kholil bisa mengantarkan ke kamar   Soulatiyah Makkah, Madrasah Darul Ulum   Merintis Lembaga Pendidikan
       mandi untuk wudhu dan sholat malan.   Al-Diniyah Makkah, Pondok Pesantren Tebu   Sebagai seorang santri, waluapun tidak
        Jadi, orang yang nyantri di pesantren Kyai   Ireng Jombang, Masjid Sabilillah Malang.  punya modal rupa yang tampan, tetapi santri
       Kholil Bangkalan itu yang dicari bukan lagi   Ada juga yang mendirikan organisasi yang   itu kuat bedoa kepada Allah SWT. Cita-
       mendalami ilmu tata bahasa Arab atau fikih,   menjadi wadah para ulama dan habaib, seperti;   citanya menjadi orang yang bermanfaat bagi
       tetapi madunya ilmu (hakekat ilmu yang   Jamiyah Nahdlotul Ulama yang didirikan   umat, sesuai dengan kemampuanya.
       sesungguhnya).  Dengan kata lain, seorang   KH Muhammad Hasyim Asaary, KH Ahmad   Santri itu, walaupun tidak punya banyak
       santri kurang sempurna jika belum ngalab   Dahlan oleh KH Ahmad Dahlan, Tarbiyah   duit, tetapi kuat membaca wirid. Santri itu,
       berkah kepada KH Kholil Bangkalan. Kyai   Islamiyah yang dirikan oleh Syekh Sirajudin   walapun bukan keturunan orang berpangkat,
       Nahrowi memutuskan mengakhiri perjalanan   Abbas, Nahdlotul Wathan di dirikan oleh   tetapi santri itu sangat kuat di dalam uruasan
       ngluru ilmu di pesantren yang di asuh langsung   Tuan Guru Zainuddin Lombok.  tirakat.
       oleh Kyai Kholil bangkalan.           Jika berkunjung atau bermukim di Kota                      Bersambung

                                                                                             Majalah Komunitas Sabilillah   9
                                                                                          Edisi 164 / Juni 2018 / Thn: 07
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14