Page 117 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 117

Menyikapi Kekayaan Orang Lain


                  Sejak 2.000 tahun yang lalu, yang namanya iri pada pencapaian, apalagi
                  kekayaan orang lain, ternyata sudah umum Padahal, zaman dahulu
                  belum ada media sosialyang sangat memudahkan untuk pamer
                  kekayaan. Saya terbayang zaman dulu ketika belum ada televisi, kita
                  hanya bisa membandingkan diri kita dengan para tetangga. Untuk

                  membandingkan diri, kita harus melongok ke luar pagar untuk melihat
                  tetangga mana yang punya kendi baru sampai suami baru. Ketika ada
                  televisi, kita mulai bisa membandingkan diri dengan kekayaan para
                  selebriti dan tokoh terkenal yang muncul di layar kaca.

                  Kemudian, kehadiran media sosial membuat kita bisa membandingkan
                  diri dengan siapa saja, mulai dari teman yang dikenal, orang tak dikenal,

                  sampai berbagai macam selebriti, selama 24 jam, tujuh hari seminggu.
                  Sebegitu besarnya tekanan untuk memamerkan kekayaan (atau ‘terlihat’
                  kaya), bahkan saya sampai mendengar tentang akun-akun media
                  sosialyang niat 'memalsukan’ gaya hidup mereka agar terlihat hidup
                  dalam kemewahan.

                  Ini sebenarnya tragedi. Jika Filosofi Teras menempatkan kekayaan diri
                  sendiri saja sebagai di luar kendali kita, apalagi kekayaan orang lain?

                  Lalu, kita membiarkannya menentukan kebahagiaan kita. Apa yang
                  ditawarkan Filosofi Teras untuk melawan tendensi (manusiawi) untuk
                  membandingkan dan merasa iri?

                  Pertama, menempatkan kekayaan pada tempatnya. Epictetus, dalam
                  Enchiridion, berkata:

                         “Ini adalah nalar yang keliru, 'Saya lebih kaya, artinya saya lebih
                         baik dari kamu’, atau 'Saya lebih pandai berkata-kata [eloquent],

                         artinya saya lebih baik dari kamu.’
                         Yang benar seharusnya adalah, ‘Saya lebih kaya, artinya saya

                         memiliki lebih banyak aset dari kamu’, dan, ‘Saya lebih pandai
                         berkata-kata, artinya saya memiliki gaya bahasa yang lebih baik dari
                         kamu.’"

                  Kekayaan hanyalah ukuran kuantitas aset, properti, harta benda. Tidak
                  lebih dari itu. Masalahnya adalah ada orang yang tidak bisa memisahkan
                  kekayaan seseorang dari kualitas pribadinya. Seolah-olah, mereka yang
                  lebih kaya otomatis kualitasnya sebagai manusia juga lebih baik.

                  Dengan sangat logis, Epictetus mengklarifikasi hal tersebut. Kekayaan,

                  keahlian, kecantikan, kekuatan (fisik) tidak serta-merta membuat
                  seseorang "lebih baik dari kita”. Ini bisa membantu kita saat diterpa rasa
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122