Page 277 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 277

hukuman itu harus berakhir. Terkadang, pembuangan baru berhenti
                     saat terjadi pergantian kekuasaan. Di dalam pembuangan, Seneca

                     menuliskan surat untuk menghibur hati ibunya, dan di dalamnya dia juga
                     menyentuh situasi di mana orang tua harus ditinggalkan anak mereka
                     selama-lamanya.

                           "Janganlah engkau menggunakan alasan sebagai perempuan
                           (untuk berduka berlebihan), karena perempuan telah mendapatkan

                           hak untuk berkubang di dalam air mata, tetapi tidak untuk selama-
                           lamanya. Karena inilah nenek moyang kita mengizinkan janda
                           untuk berkabung selama sepuluh bulan....mereka tidak melarang
                           berkabung, tetapi membatasinya. Karena berduka tak henti atas
                           kehilangan seseorang tercinta sesungguhnya adalah keegoisan
                           yang bodoh, sebaliknya, tidak merasakan duka sama sekali adalah
                           tak berhati. Jalan tengah terbaik antara kasih sayang dan akal

                           sehat adalah untuk merasakan kehilangan dan di saat yang sama
                           menaklukkannya.

                           Saya mengerti bahwa emosi yang begitu kuat sulit dikendalikan
                           oleh kita, apalagi emosi yang lahir dari dukacita...terkadang kita
                           ingin meremukkannya dan menelan keluh kesah kita, tetapi
                           dengan mencoba berpura-pura, air mata kita masih juga menetes.

                           Terkadang kita ingin mengalihkan perhatian kita dengan menonton
                           pertunjukan (hiburan), tetapi kenikmatan kita saat menonton
                           berkurang saat teringat kehilangan kita. Karenanya, lebih baik jika
                           kita menaklukkan kesedihan daripada mencoba menipu diri
                           sendiri.

                           Karena, dukacita yang dicoba ditutupi atau dialihkan perhatiannya

                           akan terus kembali, dengan kekuatan yang lebih besar. Namun,
                           dukacita yang telah ditaklukkan nalar akan tenang selamanya..."

                     Saya tersentuh sekali saat membaca bagian tulisan Seneca dari
                     Consolations to Helvia {Penghiburan Untuk Helvia] ini. Seneca
                     menunjukan empati dan pengertian yang luar biasa terhadap betapa

                     dalamnya dukacita orang tua yang kehilangan anaknya, tetapi di saat
                     yang sama tetap teguh bahwa nalar tidak boleh diabaikan, bahkan di
                     situasi sesulit apa pun.

                     Ini berarti berani menghadapi dukacita itu—tidak lari darinya, atau
                     berusaha menutupinya dengan mengalihkan perhatian. Dukacita itu
                     dirasakan dan dihadapi. Namun, di saat yang sama, Seneca berkata

                     bahwa kita tidak boleh sampai berlarut-larut di dalam kesedihan itu
                     (bahkan sampai dibawa mati). Karenanya, kita harus menaklukkannya
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282