Page 311 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 311

dan berakhir menurut kehendak dan kuasa yang lebih besar dari kita.
                   Jika kita bisa menerima realitas Alam ini, maka kita berhenti bersusah

                   hati dan stres mengenai kematian, karena toh kita hanya menjalani
                   kehidupan dan hukum Alam.

                   Marcus Aurelius berkata bahwa kita dihadirkan ke dunia ini dengan
                   anggun/indah Igrace), maka, apakah kita juga bisa meninggalkannya
                   dengan anggun juga? Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa

                   meninggalkan dunia ini dengan anggun?

                   Filosofi Teras mungkin tidak memiliki semua jawabannya, tetapi ia
                   telah memberikan beberapa ciri-ciri dari kehidupan yang baik.
                   Misalnya, kehidupan yang terbebas dari emosi negatif (ketakutan,
                   kecemasan, kemarahan, dendam, iri-hati, dengki, nafsu memiliki,
                   keserakahan, dan banyak lagi), kehidupan yang terus dibangun di

                   atas kebajikan IvirtuesI: keberanian (moral), keadilan kepada
                   sesama, kemampuan menahan diri, dan kebijaksanaan dalam
                   menjatuhkan pilihan. Hidup yang selaras dengan alam, dengan
                   menggunakan nalar kita, dan tidak hanya menuruti emosi dan nafsu
                   kita. Hidup yang cermat dalam menginterpretasi kejadian di sekitar
                   kita. Hidup yang tidak berlebihan, dan selalu siap menghadapi
                   keadaan apa pun. Hidup yang membangun orang lain, minimal

                   bersabar kepada mereka. Hidup yang penuh perikemanusiaan
                   kepada sesama, tanpa membedakan dan mendiskriminasi orang lain
                   atas dasar apa pun.

                   Jika seseorang bisa terus (berusaha) menjalani hidup seperti di atas,
                   maka para filsuf Stoa percaya bahwa kapan pun hidup kita harus
                   berakhir, sesungguhnya kita sudah menjalani hidup yang baik, dan

                   kita akan pergi dengan anggun Igrace).



                   Humor Khas Filosofi Teras


                   Saya akan mengakhiri bab yang "gelap” ini justru dengan
                   menunjukkan sisi humor dari filsuf Stoa:

                          "Saya harus mati. Jika sekarang saatnya, biarlah saya mati
                         sekarang. Jika masih nanti, maka saya mau makan siang dulu
                         sekarang, karena jam makan siang sudah tiba. Soal mati,

                         nantilah saya urus.” - Epictetus /Discourses).

                   Dan sebuah kisah lain yang dituturkan oleh Seneca dalam tulisannya












          FILOSOFI TERAS                             278
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316