Page 23 - KOMPAK_TES
P. 23
23 artikel lepas
edisi 153/Th ke-13/Mei 2016 Oleh:
Dwi Utami Kusnadi-Wartawan
Kehadiran Sebuah Peran
Panggung kecil itu terasa sempit bagi sosok nisa. Di pentas seni kenaikan kelas, tariannya
mengayun lembut tanpa ekspresi. nisa lebih banyak menunduk dan menghayati tariannya hanya
agar tak salah gerakan. Tariannya tanpa jiwa. Ketika gerakan kepalanya mendongak dan lurus ke
depan, ekspresinya berubah, pipinya merona, gerakan tariannya penuh semangat dan penghayatan.
enaikan kelas, lazim dirayakan Nisa kian bahagia. Latihannya selama ini, akrab dan siap jadi cheer leaders
dengan pentas seni di sekolah dinikmati oleh orang-orang yang mereka (pemandu sorak) memimpin tepukan
KNisa. Ada ajang unjuk bakat, sayangi. Meski Nisa tahun ini tak bisa hangat ketika Nisa berhasil melewati
dan pembagian hadiah atas berbagai membawa pulang gelar juara kelas, tapi sebuah kompetisi. Nisa juga tak hanya
pencapaian di sekolah. Nisa anak Nisa bisa jadi duta seni di sekolahnya. senang punya adik lucu, tapi Nisa pun
yang berbakat seni dan pelanggan Dan Kepala Sekolah yang mengalungkan kadang rindu bercanda dengannya. Nisa
gelar juara kelas. Namun kali ini, Nisa selempang duta seni untuknya. bahagia ketika semua orang di rumah
hanya puas dengan capaian 5 besar. Hari pun berganti, Mama mulai meletakkan ponselnya saat menonton
Papa dan Mamanya nampak kecewa, senang menemani Nisa mengerjakan tivi bersama, atau saat sekadar makan
ada catatan dalam rapor Nisa, bahwa tugas sekolah. Papa mulai sering bertanya camilan di ruang keluarga.
Nisa mulai sering melamun, bahkan tentang apa yang dilakukannya hari Dalam potret keluarga Nisa, kita tahu
seringkali melambatkan tugas latihan ini. Sang Kakak yang cuek, dan sibuk bahwa setiap individu dalam keluarga
soal demi dihampiri oleh guru kelas agar dengan ponselnya, juga mulai suka punya perannya masing-masing. Selagi
diperhatikan dan disapa. berbagi barang kesukaannya. Sang Adik masih umur sekolah, kuatkan peran anak
“Nisa sebenarnya bisa, hanya ada juga mulai senang belajar bersama Nisa. sebagai anak, sebagai pelajar, sebagai
sesuatu yang dirindukannya yang Komunikasi di rumah mencair lancar. orang yang harus dilindungi, dikasihi dan
hanya Nisa dan keluarganya yang tahu. Sosok Nisa adalah sosok imajiner, dirindukan dalam mimpi keharmonisan
Besok ada penta seni dan Nisa menari yang sejatinya ada banyak Nisa di sebuah keluarga. Peran orangtua
sebagai leader, jika Anda berkenan, rumah-rumah keluarga Indonesia. Nisa adalah pelindung, pemberi naungan,
silahkan mendukung aksi panggungnya,” tak hanya butuh Papa yang tugasnya dan pelimpah kasih sayang. Jika semua
ujar Bu Guru pada Mama Nisa yang semata mencari uang, tapi Nisa juga rindu mereka dapatkan, anak-anak akan
menyempatkan diri mengambil rapor Papa yang mengelus rambutnya atau menikmati pendidikan dengan penuh
pagi itu. menelpon untuk tahu ada apa dengannya kebahagiaan, menjalani perannya tanpa
Esok pagi berikutnya, Nisa ditemani hari ini. Nisa juga tak hanya butuh Mama rasa tertekan dan siap meraih prestasi.
pengasuh menuju salon untuk yang jago masak di rumah atau juga Rasanya, hal ini sangat idealis, namun
berdandan. Keceriaan ala anak-anak pencari nafkah tambahan di keluarga, berbagi idealisme bisa menjadi berkah
masih nampak di wajahnya. Hanya saja, tapi Nisa pun rindu hadirnya Mama di ketika ada hasil petikan manfaatnya.
agak sedikit lesu ketika melihat Papa hari istimewa bahkan pelukan hangatnya. Mari berbagi manfaat di bulan yang
dan Mamanya berangkat ke kantor pagi Nisa juga tak hanya suka punya Kakak identik dengan pendidikan ini. Selamat
sekali. Dan seperti biasa, Nisa tidak berani hebat, namun Nisa rindu Kakak yang merayakan Hardiknas!
bertanya. Kakak dan adiknya juga seolah
sudah menikmati kebiasaan tanpa Papa
dan Mama di sepanjang pagi hingga
malam hari. Apalagi di hari yang istimewa
menurut mereka.
Tak heran ekpresi Nisa dengan
tariannya tidak terasa menarik di
panggung pada awal tampilannya.
Namun, ketika matanya menatap sosok
yang dikenalnya berada di deretan
bangku wali murid yang hadir, pipi Nisa
merona, ada bangga dalam setiap lekuk
gerak tariannya yang ingin ditampilkan
pada sosok itu. “Terima kasih ya Allah,
Mama datang,” gumam Nisa.
Tak hanya Mama, ada Kakak dan Adik
ikut menonton bahkan memotret aksi
panggung Nisa dengan ponsel mereka.

