Page 173 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 173

sahabatnya, tetapi rasanya lebih mungkin Maya akan hanya sedikit
                      terlihat prihatin dan tidak sampai meratapi hidupnya sendiri. Reaksi

                      ini tentunya berbeda dengan Nisa yang tertimpa musibah itu. Dia
                      mungkin akan bete berhari-hari, mungkin sedih sekali karena HP itu
                      cukup mahal, dan Nisa takut memberitahu orang tuanya soal itu.

                      Dalam Filosofi Teras, ada exercise menarik. Jika suatu hari Maya
                      juga kehilangan HP-nya, bisakah dia bersikap setenang seperti saat
                      dia mendengarkan cerita Nisa tadi? Filosofi Teras mengajarkan

                      bahwa cara kita menyikapi musibah yang menimpa orang lain
                      haruslah sama dengan cara kita sendiri bersikap saat kita yang
                      tertimpa musibah yang sama. Karena secara objektif, musibah yang
                      menimpa adalah sama, maka seharusnya responsnya pun sama
                      (terlepas kita adalah korban atau pengamat).

                      Dalam contoh Maya dan Nisa, Stoisisme akan berkata bahwa secara

                      objektif, HP milik Nisa tidak bernilai lebih rendah atau lebih tinggi dari
                      HP milik Maya (di luar faktor harga rupiah). Maka, adalah aneh jika
                      Maya meratapi kehilangan HP-nya lebih dari Maya meratapi
                      hilangnya HP Nisa.

                      Konsep ’’perlakukan musibahmu sama seperti kamu memperlakukan
                      musibah orang lain’’ ini rasanya salah satu konsep tersulit dalam
                      Filosofi Teras. Rasanya cukup sulit dilakukan secara emosional,

                      karena ada perbedaan status sebuah benda ketika ia menjadi milik
                      orang lain dibandingkan milik sendiri. Akan tetapi, tidak bisa disangkal
                      ada logika yang mengagumkan di sini.

                      Jika kita kehilangan HP dan menangis meraung-raung, maka
                      seharusnya kita melakukan hal yang sama jika yang hilang adalah
                      HP orang lain. “Milik saya” tidak menjadikan sebuah HP lebih bernilai

                      dibandingkan “milik dia". Di sinilah Stoisisme berusaha mengingatkan
                      kita untuk tetap objektif dalam menilai segala sesuatu. Lalu, karena
                      umumnya kita relatif lebih tidak sedih mengenai orang lain kehilangan
                      sesuatu daripada diri sendiri kehilangan sesuatu, konsekuensinya
                      ada dua, antara kita harus lebih sedih mengenai orang lain
                      kehilangan suatu hal (belajar menambah empati pada musibah orang
                      lain), atau, kita harusnya belajar lebih rasional dan objektif menyikapi

                      musibah diri sendiri.

                      Kalau praktik konsep ini terasa sulit untuk hal-hal yang relatif sepele
                      —seperti kehilangan benda—bayangkan jika kita harus
                      menerapkannya ke peristiwa hidup yang lebih besar. Sikap kita
                      terhadap orang lain yang sedang berduka atas kehilangan anaknya,









          FILOSOFI TERAS                             142
   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178