Page 172 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 172

Bagi saya saat itu, eksperimen ini adalah sebuah kesuksesan
                      [terlepas dari efeknya yang tidak bertahan secara permanen). Namun

                      sekarang, sesudah saya mempelajari Filosofi Teras, saya baru
                      menyadari bahwa eksperimen ini sebenarnya hanya “separuh”
                      berhasil. Mengapa? Karena eksperimen ini hanya menghentikan
                      perilakunya (mengeluh), tetapi tidak dengan serius mengidentifikasi
                      dan menghentikan akarnya. Tentunya tidak ada yang salah dengan
                      menghentikan perilaku ekspresi mengeluh, tetapi sekarang saya
                      menyadari bahwa ini adalah solusi separuh. Bagaikan genteng

                      bocoryang meneteskan air terus menerus ke dalam ruang tamu,
                      sekadar menghentikan ekspresi mengeluhnya adalah seperti
                      menadah tetesan air dengan ember, atau sekadar melapis plafon
                      dengan lapisan anti air, tanpa mengganti gentengnya.

                      Bagi saya sekarang, Stoisisme melengkapi separuh yang hilang tadi.

                      Mengeluh datang dari pikiran/interpretasi kita akan apa yang terjadi di
                      hidup kita, dan keluhan merupakan simtom/ gejala dari pola pikir
                      irasionalyang datang dari dalam. Kita tidak hanya harus menggigit
                      bibir, tetapi juga mengubah pikiran dan interpretasi kita atas peristiwa
                      tersebut. Kita tidak hanya melawan air bocoran genteng, tetapi kita
                      juga memperbaiki sumber kebocoran di gentengnya. Fix the source

                      of the problem. Perbaikilah langsung di sumber masalahnya—dalam
                      hal ini, pikiran kita sendiri.



                      Seeing from Other People’s Perspective

                      Suatu hari, Maya melihat melihat sahabat dekatnya Nisa mukanya

                      cemberut.
                            Maya: "Kenapa lo?”
                            Nisa: ”HP gue ilang May, jatoh di jalan kayaknya. Kesel banget
                            gue, kok gue bego banget ya?”
                            Maya: "Ya udah Nis, ikhlasin aja. HP bisa dibeli lagi lah...." Nisa:
                            "Huhuhuhu, tapi gue sedih banget May. Dan rasanya mau

                            marah-marah terus ke diri gue sendiri, ceroboh amat...."
                            Maya: "Ya udah, sinih sinih, puk puk....”

                      Coba kita bayangkan skenario tersebut. Saat Maya mendengar soal
                      ’musibah’ yang menimpa Nisa sahabatnya, apakah Maya akan
                      bereaksi lebay? Apakah Maya akan berguling-guling di tanah,

                      menjerit-jerit ke langit, bertanya pada Tuhan mengapa sahabatnya
                      Nisa harus menerima azab demikian berat? Rasanya tidak kan?
                      Mungkin Maya akan berusaha keras untuk terlihat simpati kepada






                                                            141                       HENRY MANAMPIRING
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177