Page 246 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 246

Misalnya, kita tidak menjalankan tanggung jawab kita sebagai
                     pasangan, anak, ataupun orang tua sehingga kemudian menjadi

                     masalah bagi kita. Atau, kita mengucapkan atau berbuat sesuatu
                     yang merugikan kepada orang lain, makhluk lain, atau lingkungan
                     yang akhirnya membawa kesusahan. Jika semua masalah ini
                     ditimbulkan oleh kita sendiri, karena kita telah berbuat tidak selaras
                     dengan Alam [not in accordance with Nature), maka kembali ke kita.
                     Seperti dikatakan Marcus, kita yang bertugas mencari tahu
                     bagaimana memperbaikinya, kemudian melakukannya sungguh-

                     sungguh.



                     Menang dengan Bertahan


                     Kaum Stoa senang menggunakan analogi kontes olahraga atau
                     pertandingan untuk menggambarkan kesusahan hidup. Yang
                     menarik, kita tidak diharapkan untuk menang dengan cara
                     “mengalahkan” cobaan, layaknya atlit gulat atau taekwondo
                     melumpuhkan lawan. Di dalam Filosofi Teras, kemenangan kita atas
                     cobaan dan kesusahan hidup diperoleh dengan bertahan [endure]
                     dan membuat lawan kita "lelah”.


                           "Dalam pertandingan suci banyak yang meraih kemenangan
                           dengan cara membuat lawan mereka lelah. Dengan sikap
                           bertahan yang keras kepala [stubborn endurance). Bayangkan
                           seorang Stoa semacam (atlit) yang seperti itu, yang melalui
                           latihan panjang dan tekun akhirnya memiliki kekuatan untuk
                           bertahan menerima serangan dan akhirnya melelahkan lawan."

                           Seneca /Firmness)

                           "Jadilah seperti tebing di pinggir laut yang terus dihujam ombak,
                           tetapi tetap tegar dan menjinakkan murka air di sekitarnya."
                           Marcus Aurelius /Meditations).


                     Analogi-analogi di atas mengingatkan saya pada kisah-kisah pemain

                     bulu tangkis, petinju atau petarung yang memiliki strategi bermain
                     panjang. Bukannya berusaha secepatnya menaklukkan atau melukai
                     lawan, mereka memilih bermain 'partai panjang', memanfaatkan
                     kesabaran dan stamina yang mereka miliki. Sampai akhirnya lawan
                     mereka kelelahan, dan kemudian mereka baru bertindak merebut

                     kemenangan.

                     Saat cobaan, kesusahaan, bencana terasa begitu berat melanda,
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251