Page 271 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 271

•    Adi: “Pa, masak temen Adi bilang tampang Adi kayak monyet..."

                      •    Ayah Adi: "Oh ya? MAMAAAAA, MANA GOLOK PEMBUNUH
                           NAGA WARISAN ENGKONG????"

                      Jika peristiwa ini menimpa Epictetus, Seneca, atau Marcus
                      Aurelius, mungkin diskusinya menjadi seperti ini:

                      •    Adi: “Pa, masak temen Adi bilang tampang Adi kayak monyet..."

                      •    Seneca: "Menurut Adi sendiri, Adi kayak monyet gak? Mau Papa
                           cariin foto monyet?"

                      •    Adi: “Nggak, Pa. Adi gak mirip monyet."
                      •    Seneca: “Terus masalahnya di mana?"

                      Jika orang tua terlihat tenang, rasional, tidak reaktif, dan tidak cepat-
                      cepat membuka peti senjata Dinasti Ming, rasanya anak juga bisa
                      meneladani itu. Orang tua S-T-A-R akan membesarkan anak-anak
                      yang S-T-A-R juga. Hasek.




                      Melatih Anak Menghadapi Kegagalan

                      Mungkin saya naif, tapi saya benar-benar percaya bahwa “kegagalan
                      adalah guru yang terbaik” (apalagi ini juga diucapkan Yoda di Star
                      Wars: The Last Jedi...] Ingat yang dikatakan Seneca, kemalangan

                      memperkuat mereka yang ditimpanya. Apa prinsip Filosofi Teras yang
                      bisa diterapkan ketika anak harus menghadapi kegagalan atau
                      kemalangan?

                      •    Melatih interpretasi terhadap kemalangan/kegagalan.
                           Saat anak kita gagal di sekolah atau perlombaan, sikap seperti

                           apa yang kita tampilkan? Memarah-marahi dia? Menuduh juri:
                           (coret yang tidak perlu) goblok/buta/ curang/disuap? Ikut-ikutan
                           meratapi nasib? Atau, kita bisa menunjukkan sikap yang tenang,
                           karena dalam Stoisisme kalah dan menang itu hanya sebuah
                           fakta. Makna/va/ue judgment dari fakta itu sepenuhnya dari kita.
                           Kita bisa mengajarkan anak kita bahwa kegagalan dan

                           kemalangan adalah musibah/kebodohan, atau mengajarkan
                           bahwa ini adalah fakta hidup biasa, dan yang penting apa yang
                           bisa dipelajari untuk ke depannya.
                      •    Mengidentifikasi dan mencegah pola pikir 3P (Personalization,

                           Pervasiveness, Permanence) pada anak. Kita harus cepat
                           mengidentifikasi jika anak mulai terjebak dalam pola pikir 3P:
                           menyalahkan diri sendiri secara berlebihan atas sebuah
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276