Page 37 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 37

kepikir, kalau jadi pengusaha harus seperti konglomerat yang punya sifat
                         "makanin orang”, kayaknya cara mendapatkan duitnya kok kurang bagus.

                         Jadi, saya memikirkan (profesi) apa yang bisa mendapatkan uang, tapi
                         juga menolong orang.

                Karena kondisi keuangan, Papa nggak mungkin menyekolahkan saya ke sekolah
                kedokteran swasta. Selain mahal, lulusnya gak jelas. Kalo gak masuk UI, saya
                harus masuk swasta. Nah, seperti umumnya orang keturunan China kebanyakan,
                swasta yang saya pilih waktu itu adalah Untar (Universitas Tarumanegara), tapi

                ngambilnya (Teknik) Sipil, karena jargon pembangunan. Mikirnya, nanti kalo lulus
                banyak yang pake. Tapi, ternyata saya lulus UMPTN (FKUI).


                Sesudah menjadi mahasiswa kedokteran, mengapa tertarik untuk mengambil
                jurusan psikiatri?

                Kalau keinginan menjadi psikiater sendiri sudah sejak dari kuliah tingkat satu.
                Buku yang berpengaruh kenapa saya memilih psikiatri adalah The Doctors karya

                Erich Segal.
                Salah satu tokoh di buku itu adalah seorang psikiater lulusan Harvard. Di situ saya
                mengenal konsep Freudian dan mulai membeli buku-buku mengenai Freud
                (Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis) di tingkat dua.

                Kemudian, dulu kan ada mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kebetulan, di kampus
                saya (mata kuliah tersebut) dibawakan oleh seorang psikiater. Dia bicara tentang

                cara memahami perilaku manusia, bagaimana menciptakan kebiasaan, dan, dia
                selalu bilang, kalau ingin mempelajari kebiasaan dan otak manusia, belajarlah
                psikiatri. Kalau hanya belajar psikologi, sepertinya hanya mempelajari perilakunya
                saja. Sementara kalau kita belajar psikiatri, karena kita seorang dokter, kita juga
                tahu sakitnya bagaimana. Kita tidak kehilangan "sense of doctor" dengan menjadi
                psikiater. Dari situ saya terpikir, berarti di profesi ini saya masih bisa bantu orang
                nih.


                Dalam perjalanannya, sesudah lulus kedokteran, saya langsung mengambil
                spesialisasi psikiatri. Zaman dulu kita bisa langsung mengambil spesialis tanpa
                harus PPT.

                         Kenapa psikiatri? Karena menarik, bisa mempelajari perilaku manusia, dan
                         sebagai dokter kita tahu bahwa sumbernya di otak. Semua fenomena bisa
                         dijelaskan di otak kita. Masalahnya ilmunya belum nyampe aja, sehingga

                         kita   belum   bisa   menjelaskan   kenapa   orang   bisa   menjadi   depresi,   jadi
                         cemas, dll.

                         Saya   menjadi   dokter   dan   mengambil   psikiatri   untuk   melawan   stigma
                         bahwa   psikiater   itu   hanya   ngurusin   orang   gila   aja.   Secara   statistik   di
                         Indonesia, dari Survei Kesehatan Dasar Rumah Tangga 2012, sebenarnya








          FILOSOFI TERAS                                 8
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42