Page 40 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 40

Banyak orang yang awalnya cemas biasa saja—merasa khawatir akan
                         kehidupan—kemudian tidak mendapat solusi dan dia menjadi depresi.

                         Tidak ada solusi, jadi hopeless, lalu jadi depresi. Ada dua gejala penting
                         depresi: pertama adalah mood yang sedih, lalu yang kedua adalah putus
                         asa—tidak ada harapan, hidup kok begini-begini aja. Kita harus hati-hati
                         dengan teman-teman yang berkata, "Hidup gue kok begini-begini aja",
                         jangan-jangan dia sudah mengalami gejala awal depresi. Karena apa yang
                         terucap oleh seseorang bisa jadi memang refleksi dari (hidup) dia.


                Depresi dan cemas tidak berbeda jauh. Dan secara organ otak juga sama,
                karenanya obatnya pun sama. Depresi, mendapat obat antidepresan. Cemas
                panik, dikasih antidepresan juga.


                Apakah gangguan tubuh karena pikiran hanya terjadi saat sudah parah saja? Atau
                bahkan cemas "sehari-hari” saja sudah bisa bermanifestasi fisik?


                Cemas sehari-hari pun sudah bisa memengaruhi fisik. Contohnya, saat mau
                presentasi kita bolak-balik ke kamar mandi. Penjelasannya adalah saat kita stres,
                atau tubuh kita memersepsikan adanya stres, maka terjadi peningkatan aktivitas
                saraf otonom (saraf yang bertanggung jawab atas organ-organ yang berfungsi
                sendiri tanpa perintah, seperti jantung, paru, kandung kemih), makanya jadi
                pengen pipis.


                Asthma bronchiale, misalnya. Asma yang dipicu stres. Ketika orang stres,
                merangsang reaksi alergi imunologi, maka timbullah asmanya. Gangguan cemas
                tidak datang tiba-tiba. Biasanya pasien datang ke saya sesudah berkeliling ke
                beberapa dokter, seperti dokter penyakit dalam, dokter jantung, dokter saraf, atau
                dokter THT, karena gejalanya seperti vertigo, tapi kemudian dinyatakan tidak apa-
                apa. Tidak ada organ yang rusak. Kata saya, makronya memang tidak, artinya
                jantungnya masih bagus. Tapi bayangkan, jantung berdetak 95 kali per menit,

                dibandingkan 65 kali per menit, lebih berat mana bebannya?


                Bisakah saya artikan bahwa pesannya di sini adalah: jangan anggap remeh
                khawatir/cemas “kecil” yang terjadi sehari-hari?

                Secara umum, kita memiliki kemampuan adaptasi. Bayangkan stress threshold

                sebagai gelas, lalu kita isi sedikit-sedikit dengan stres. Kita harus cari tahu cara
                supaya gelas itu tidak terlalu penuh, dikeluarkan sedikit-sedikit. Caranya macam-
                macam, misalnya dengan berbicara. Kadang-kadang kita feeling relieved (lega)
                hanya dengan berbicara kepada orang. Atau rekreasi.

                Mengapa saya katakan persepsi itu penting. Contoh: liburan itu lebih melelahkan
                dibandingkan praktik/kerja, jalan ke sana sini, tapi rasanya senang karena kita
                berkumpul bersama keluarga. Makanya, ada yang bilang, coba ganti suasana biar




                                                              11                       HENRY MANAMPIRING
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45