Page 80 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 80
menghormati, menghargai, dan berusaha menyenangkan teman, tetapi
tetap saja persahabatan bisa menjadi dingin dan mati karena satu dan
lain hal, misalnya sama-sama naksir orang yang sama!
Kesehatan. Ini pasti bagian yang paling membingungkan, tetapi sangat
mudah dijelaskan. Mengapa kesehatan tidak termasuk hal yang bisa kita
kendalikan? Bayangkan skenario ini: seseorang hidup sangat sehat,
menjaga makanan, tidak merokok (apalagi narkoba), tidak mabuk-
mabukan, olahraga teratur, mencukur bulu ketiak setiap minggu, dan
semua kebiasaan sehat lainnya. Namun, suatu hari dia didiagnosis
menderita kanker— yang menurut pengetahuan medis saat ini masih
bisa dipengaruhi faktor keturunan/genetik. Atau, orang yang sama
traveling ke belahan dunia lain dan terinfeksi dengan kuman setempat.
Atau, orang yang sama sedang lari pagi dan tiba-tiba ditabrak secara
tidak sengaja oleh anak muda yang baru pulang party dalam keadaan
mabuk, dan pada akhirnya orang tersebut menderita cacat seumur
hidup. Sesungguhnya, sama seperti kekayaan, kesehatan sewaktu-
waktu bisa direnggut oleh nasib.
Jadi, menyangkut hal-hal di luar kendali kita seperti kekayaan,
reputasi, dan kesehatan, bahkan sesudah memilikinya, kita akan
selalu dihantui rasa was-was kehilangan hal-hal tersebut. Karena
semua ini berada di luar kendali kita, maka kemungkinan hal tersebut
hilang benar-benar nyata. Kita bisa kehilangan karier, reputasi, status,
pacar, maupun harta dalam sekejap. Lalu, karena tidak berada di
bawah kendali kita, maka hal tersebut bisa direnggut sewaktu-waktu
dari kita, dan tidak masuk akal untuk menggantungkan kebahagiaan
pada hal-hal yang kapan pun bisa lenyap dari hidup kita. Filsuf Stoa
mengambil pendekatan yang sangat logis, ngapain lo bahagia untuk
sesuatu yang sewaktu-waktu bisa hilang?
"Siapa pun yang mengingini atau menghindari hal-hal yang ada di
luar kendalinya tidak pernah akan benar-benar merdeka dan bisa
setia pada dirinya sendiri, tetapi akan terus terombang- ambing
terseret hal-hal tersebut,” ujar Epictetus dalam Discourses. Menarik di
sini bahwa Epictetus mencatat dua sikap umum terhadap hal-hal di
luar kendali kita: mengingininya [seperti mengingini kekayaan,
popularitas, kecantikan, dan lain-lain), dan juga menghindarinya.
Kita bisa terobsesi menghindari hal-hal buruk dalam hidup kita,
seperti kemiskinan, kesusahan hidup, kejahatan, kematian, dan lain-
lain. Namun, sama dengan keinginan, maka menghindari hal-hal yang

