Page 5 - Edisi 171 Tahun 2019 | Majalah Komunitas LAZIS Sabilillah Malang
P. 5

Kisah Teladan


























            NAMA KH Abdul Hamid bagi warga   atau keperluannya yang lain.        Setelah menerima daun-daun kelengkeng
           Pasuruan sudah tidak asing lagi karena   Setelah bertemu Habib Baqir merasa   itu, Kial Hamid memasukkannya ke
           pengasuh Pesantren Salafiyah ini dikenal   kaget. Ternyata orang yang terlihat seperti   dalam saku baju. Ketika ditarik keluar,
           dengan keistimewaan dan karomahnya.   KH Abdul Hamid sejatinya bukanlah   di tangannya tergenggam uang kertas.
           Abdul Hamid begitu nama pria yang   sang Kiai . Karena yang ditemuinya   Kemudian dia menyuruh  Asmawi
           dilahirkan pada tahun 1333 H, di Desa   adalah sesosok gaib yang menyerupai.   melakukan hal sama tapi pada pohon
           Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa   Kemudian Habib Baqir mencari di   kelengkeng yang lainnya.
           Tengah.                           manakah sebetulnya KH Abdul Hamid   Dengan cara yang sama pula, daun
            Abdul Hamid dibesarkan di tengah   yang asli berada.                kelengkeng itu berubah menjadi uang
           keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar,   Setelah diselidiki dengan ilmu kanuragan   kertas. Setelah dihitung  Asmawi,
           adalah seorang ulama di Lasem, dan   Habib Baqir terkejut karena sang kiai   jumlahnya Rp225.000. Masih kurang
           ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga   tersebut tengah berada di Tanah Suci   Rp75.000. Tiba-tiba datang seorang tamu
           ulama di Lasem. Kiai Shiddiq adalah   Mekkah. Karomah KH Abdul Hamid   menyerahkan uang tunai Rp75.000 kepada
           ayah KH Machfudz Shiddiq, tokoh NU.   juga pernah ditunjukkan terhadap seorang   Kiai Hamid, lalu uang itu diserahkan ke
           Abdul Hamid sejak kecil dipersiapkan   Habib sepuh yang datang kepadanya,   Asmawi. Lain lagi yang dialami Said
           untuk menjadi kiai, dia mula-mula belajar   karena sang Habib menanyakan kemana   Ahmad, santri lainnya. Dia justru seolah
           Alquran dari ayahnya.  Tiga tahun   sang Kiai pergi ketika digantikan oleh   ingin menguji kewalian Kiai Hamid yang
           kemudian, Abdul Hamid menimba ilmu   sesosok gaib yang menyerupainya.  telah kesohor. Said Ahmad ingin tahu,
           di pesantren kakeknya, KH Shiddiq, di   KH Hamid tidak menjawab, hanya   apakah Kiai tahu bahwa dia ingin diberi
           Talangsari, Jember, Jawa Timur.   langsung memegang Habib sepuh tersebut.   makan olehnya.
            Sejak kecil, sudah tampak tanda-tanda   Seketika itu kagetlah Habib sepuh tadi,   Ketika sampai di pesantren milik sang
           bahwa dia bakal menjadi wali dan ulama   melihat suasana di sekitar mereka berubah   kiai, kebetulan saat salat lsya sudah masuk.
           besar. Konon pada usia enam tahun, dia   menjadi bangunan masjid yang sangat   Dia pun ikut salat berjamaah. Usai salat,
           sudah bertemu dengan Rasulullah. Dalam   megah. Subhanallah, ternyata Habib   dia tidak langsung pulang, melainkan
           kepercayaan yang berkembang di kalangan   sepuh tadi dibawa oleh KH Hamid   menunggu sampai jamaah pulang semua.
           warga NU, khususnya kaum sufi,    mendatangi Masjidil Haram.         Lampu teras rumah Kiai Hamid pun
           Rasulullah walau telah wafat sekali waktu   Salah satu karomah lainnya yaitu ketika   sudah dipadamkan, pertanda pemilik
           menemui orang-orang tertentu, khususnya   Asmawi, salah seorang santrinya harus   rumah siap-siap beristirahat. Dengan
           para wali. Bukan dalam mimpi saja, tapi   melunasi utang kepada panitia pem-  demikian, dia pikir, niatnya berhasil,
           secara nyata. Salah satu karomah Kiai   bangunan masjid yang sudah jatuh tempo.   yaitu bahwa keinginannya untuk ditawari
           Abdul Hamid yang dipercaya warga   Besarnya Rp300.000, cukup besar untuk   makan oleh Kiai tidak diketahui.
           Pasuruan adalah bisa berada ditempat   ukuran waktu sekitar tahun 70-an.  Lalu dia pun melangkahkan kaki
           lain dengan wujud serupa. Hal ini terjadi   Dia tidak tahu dan mana uang sebanyak   meninggalkan masjid. Ternyata dari rumah
           saat Habib Baqir Mauladdawilah    Itu bisa didapat dalam waktu singkat.   Kiai Hamid ada yang melambaikan tangan
           bertandang ke pesantrennya.       Karenanya, dia hanya bisa menangis, malu   kepadanya. Dengan langkah ragu, dia
            Sang Habib yang pernah berguru dengan   kalau sampai ditagih. Akhirnya dia mengadukan   pun mendekatinya. Ternyata tuan rumah
           al-Ustadzul Imam Al-Habr al-Quthb al-  hal tersebut kepada Kiai Hamid.  sendiri yang memanggilnya. “Makan di
           Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih   Kemudian dengan lembut sang Kiai   sini ya,” kata Kiai Hamid sambil senyum.
           diberikan ilmu untuk bisa melihat sesuatu   yang lantas menyuruh  Asmawi   Dia pun diajak masuk ke ruang tengah.
           yang gaib.  Pada suatu kesempatan   menggoyang pohon kelengkeng yang   Di sana hidangan sudah tersaji. “Maaf,
           datanglah Habib Baqir menemui Kiai   tumbuh di halaman depan rumah Pak   lauknya seadanya,” kata Kiai santai.
           Abdul Hamid Pasuruan. Ketika itu di   Kiai. Di sana ada dua pohon kelengkeng.   “Sampeyan tidak bilang-bilang, sih.”
           tempat KH Abdul Hamid banyak sekali   “Kumpulkan daun-daun yang gugur itu   Said tersindir. Dan sejak itu dia percaya,
           orang yang datang untuk meminta doa   dan bawa kemari,” kata Kiai Hamid.  Kiai Hamid adalah wali. (*)





                                                                                             Majalah Komunitas Sabilillah   5
                                                                              Edisi 171 / Terbit Bulan September 2019 / Thn: 07
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10