Page 177 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 177
163
Manusia? Kehadiran manusia dalam dunia merupakan suatu “modus
ada”. Sehingga dengan memahami dan mengerti manusia sebagai “modus
ada” merupakan suatu langkah maju dalam pemenuhan syarat bagi basis
ontologi. Manusia merupakan suatu realitas “ada” bahkan sebagai orientasi
kepada metafisika. Selain manusia sebagai “ada” maka di tengah-tengah
manusia sebagai “ada” maka ada “ada-ada” yang lain. Untuk membuka
simpul “ada-ada” tersebut atau untuk mendapatkan jawaban mengenai
“ada-ada” tersebut, manusia sebagai “ada” yang representatif dalam
memberikan jawaban. Bahkan “ada-ada” tersebut diberi predikat oleh
manusia atau diberi makna dan nilai oleh manusia.
Ernest Cassirer berkata manusia adalah
Ada tiga jalan menuju ke
kepercayaan akan Allah: animal simbolikum artinya manusia ialah
binatang yang mengenal imbol, misalnya adat-
Akal, kebiasaan dan wahyu. istiadat, kepercayaan dan bahasa. Inilah
kelebihan manusia jika dibandingkan dengan
Blaise Pascal
makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia
dapat mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang
hanya mengenal tanda dan bukan simbol. Sedangkan Aristoteles menyebut
manusia sebagai animal rationale artinya manusia ialah binatang yang
mempunyai rasio, zoon politikon, dan “makhluk hylemorfik”, artinya
makhluk yang terdiri dari materi dan bentuk-bentuk. Dalam keberadaannya
atau eksistensinya, manusia sebagai modus ada menerima makna dari “Ada
khusus” dan sebaliknya manusialah yang bertanya tentang “Ada khusus” itu.
Kecukupan manusia sebagai “ada” memungkinkan untuk mengetahui,
menerangkan dan mendeskripsikan “ada yang lain” bahkan dirinya. Karena
itu, hanya ada satu makhluk rasional (rasionalitas menjadi ciri mutlak dari
manusia dan membedakannya dari binatang. Rasionalitas hanya melekat
pada manusia) yang sadar sepenuhnya tentang pribadi yang Maha itu yakni
manusia. Ke-sadar-an itu, menempatkan manusia berada di atas ciptaan
yang lain, sebagai yang unik dan berbeda. Keunikan dan keberbedaan itu
juga terletak pada kemampuan sadar, penarikan distansi, dan pemberian
makna kepada dunia infrahuman.
Kemampuan rasional juga yang memungkinkan manusia sadar
tentang pencipta-Nya. Semua itu, merupakan latar belakang dari
penempatan potensi-potensi ilahi (potensia dari kata Latin poten = dapat dan

