Page 273 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 273
259
Kegiatan Pembelajaran 3: Kerukunan Antar Umat Beragama
(Indri Jatmoko)
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lebih dari satu
kepercayaan atau agama. Adapun agama-agama tersebut, diantaranya;
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Secara sosiologis dan
antropologis masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat berbudaya.
Artinya masyarakat yang memiliki nilai-nilai kultural yang terus terpelihara
sampai saat ini. Nilai-nilai budaya tersebut mampu mengembangkan
kearifan lokal yang sistemik dalam wujud “agama kepercayaan”, seperti;
Agama Sunda Wiwitan dan Agama Buhun di Masyarakat Sunda, Agama
Kejawen di Masyarakat Jawa, Agama Marapu di Masyarakat Pulau Sumba,
Agama Kaharingan dan Agama Tolotang di Masyarakat Kalimantan, Ugamo
Malim di Masyarakat Suku Batak, Agama Madrais di Masyarakat Kuningan
Jawa Barat dan lain-lain. Hal ini memperlihatkan betapa Tanah Air
Indonesia merupakan bagian dari Nusantara yang dianugerahi oleh Yang
Maha Kuasa dalam perbedaan dan kepelbagaian.
Perbedaan tersebut merupakan anugerah yang harus dijaga, dan
dilestarikan melalui perjumpaan dan interaksi sosial yang konstruktif.
Merujuk pada sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010,
Indonesia memiliki sekitar 1.340 suku bangsa yang tinggal di 17.000 lebih
pulau dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote.
Sekali lagi, inilah rahmat dan anugerah terbesar yang dimiliki oleh seluruh
rakyat Indonesia. Dibawah dasar dan naungan Pancasila kepelbagian dan
perbedaan dibungkus dalam satu ikrar yang kuat, Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk menjaga persatuan dan keharmonisan diperlukan keinginan
serta komitmen yang kuat dalam membangun interaksi antar anak bangsa.
Perjumpaan dalam membangun kerjasama dirasa perlu untuk menjadi
agenda reguler dalam rangka mensikapi letupan-letupan konflik antar suku
dan agama. Negara sebesar Indonesia yang ditinggali sebanyak 260 juta
penduduk sangat berpotensi munculnya konflik baik itu vertikal bahkan
mungkin horizontal. Tantangan kehidupan beragama kian hari kian berat.
Kehadiran media sosial dalam mewarnai kehidupan beragama dewasa ini
tidak bisa diabaikan. Tidak jarang media sosial membawa racun seperti

