Page 65 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 65
51
dengan maksud penyelamatan serta pembebasan manusia dari dosa.
Sedangkan ”Khristos” (yang diurapi), adalah sebutan atau nama jabatan
yang menghubungkan Yesus dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama
tentang ”penyelamat yang akan datang” atau ”Mesias”. Penyebutan ini
biasanya dalam PL ditujukan kepada raja-raja namun perkembangan
selanjutnya adalah untuk menggambarkan Raja yang dinubuatkan akan
datang untuk membebaskan dan memerintah (lih. Yer. 33; Yes. 9 dan 11).
Dalam Perjanjian Baru, Christos atau Kristus mendapat pengertian
yang sejajar dengan Mesias dalam Perjanjian Lama yang diartikan ”the
anointed one; Dia yang diurapi”, pengertiannya menunjuk pada seorang
37
imam atau raja (Kel. 29:7; Im. 4:3; Hak. 9:8; 1 Sam. 9:16; 10:1; 2 Sam. 19:10).
Artinya, raja disebut ”orang yang diurapi Allah”(1 Sam. 24:6). Jadi, sebutan
”mesias” atau ”Sang Mesias” dalam hubungannya dengan janji Allah kepada
orang Yahudi yaitu adanya pembebas bukan hal jasmani melainkan
pembebasan umat-Nya dari belenggu dosa.
Penyebutan yang paling menarik dalam pembahasan Kristologi adalah
penyebutan Yesus sebagai ”Logos”. Sampai abad ke-tiga Logos menjadi
pusat perhatian dalam perkembangan Kristologi dalam gereja mula-mula.
Yohanes dengan nada eskatologisnya megatakan: ”Pada mulanya adalah
Logos (Firman), dan Logos itu bersama-sama dengan Allah, dan Logos itu
adalah Allah...Logos (Firman) itu telah menjadi manusia, dan diam diantara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang dberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran” (Yoh. 1:1,14). Yohanes menggunakan konsep Logos untuk
38
membawa Allah dalam Kristus lansung dengan ciptaan-Nya. konsep
Yohanes tentang Logos dalam pemikiran Helenistik dimana penafsirannya
atas dasar terminologi Perjanjian Lama. George Eldon Ladd mengatakan;
37 Berkoff juga mengambil pendapat Kuyper tentang istilah Yesus adalah nama diri
sedangkan Kristus adalah nama jabatan yang setara dengan sebutan “Maschiach” di
Perjanjian Lama diambil dari kata mashach, yang artinya “mengurapi,” sehingga dapat
disebut “Yang diurapi” (Kel. 29:7; Im. 4:3; Hak. 9:8; I Sam. 9:16; II Sam. 19:10) hanya satu
kali disebut tentang pengurapan atas seorang nabi dalam (I Raj. 19:16. Minyak untuk
pengurapan melambangkan Roh Tuhan (Yes. 61:1; Za. 4:1-6) dan pengurapan itu
melambangkan peralihan Roh pada yang dipilih (I Sam. 10:1,6,10; 16:13,14). Louis Berkhof.
Teologi Sistematika. Op.Cit., 24.
38 George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 2002), 316.

