Page 195 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 195

bawah kendali orang lain, merasa terhina ada di bawah kendali kita.

                   Bahwa celaan dan hinaan tidak pernah benar-benar bisa melukai objeknya

                   —kecuali diijinkan—bisa diilustrasikan dengan contoh berikut. Suatu hari,
                   kamu berdiri menghadap sebuah lukisan masterpiece karya seniman besar
                   Indonesia Affandi. Coba kamu berteriak-teriak, menghina-hina lukisan itu.
                   "Lukisan sampah! Apa bagusnya kamu? Anak kecil juga bisa hanya coret-
                   coret gak keruan seperti kamu!” Apakah lukisan itu menjadi lebih buruk,

                   kehilangan keagungannya hanya karena hujatan kita? Apakah lukisan
                   tersebut menjadi “turun derajat” dari status mahakarya hanya karena
                   celaan satu orang? Ditambah lagi, lukisan ini hanya sebuah benda mati.
                   Tidakkah kita jauh lebih bernilai dan bisa lebih berpikir daripada sebuah
                   lukisan?

                         “Kamu tidak bisa dihina orang lain, kecuali kamu sendiri yang

                         pertama-pertama menghina dirimu sendiri.” - Epictetus [Enchiridion)

                   Tidakkah ini tepat menggambarkan keadaan di media sosial saat ini? Di
                   media sosial, ada begitu banyak pihak yang sengaja menciptakan
                   kemarahan dan emosi dengan hanya bermodalkan jempol. Entah itu
                   meninggalkan komen-komen yang menyulut kemarahan di posting-an kita
                   atau sengaja memancing debat kusir. Sayangnya, ada begitu banyak juga

                   orang yang terprovokasi oleh ulah para provokator di media sosial (yang
                   konyolnya lagi sering datang dari akun-akun anonim). Banyak yang
                   terprovokasi, marah-marah, dan saling perang membalas hinaan antar
                   pihak yang berbeda (yang saat ini sering kali disebabkan oleh politik). Jika
                   Epictetus hidup saat ini, dia justru











































          FILOSOFI TERAS                             164
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200