Page 193 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 193

Kalau kita renungkan sejenak kata-kata Marcus di atas, maka bisa
                   dibayangkan karakter luar biasa dari beliau. Beliau adalah seorang kaisar

                   di sebuah kekaisaran yang terbesar dan terkuat di masanya. Jika kita saja
                   segan terhadap seorang presiden dari negara demokrasi, terbayang
                   betapa menakutkannya seorang “kaisar” dari sistem monarki. Sebagai
                   seorang kaisar, celaan orang lain harusnya menjadi masalah sepele, toh
                   dia bisa saja dengan mudah memerintahkan memisahkan kepala para
                   kritikusnya dari tubuh mereka. Namun, Marcus Aurelius bisa mencapai
                   kebijaksanaan seperti di atas mengenai perlakuan manusia. Kalau orang

                   jahat ngejahatin orang lain, ya wajar dong?

                   Jika kita kembali ke dikotomi kendali, maka orang-orang yang
                   menyebalkan ada di luar kontrol kita. Kita tidak bisa mengendalikan
                   perilaku orang lain, tetapi kita sepenuhnya bisa menentukan apakah kita
                   akan terganggu atau tidak oleh perilaku orang lain. Perilaku orang lain
                   masuk dalam kategori indifferent, yang artinya tidak punya pengaruh

                   kepada kebahagiaan kita. Yang artinya, aneh kalau kita terganggu oleh
                   kelakuan menyebalkan orang lain, ketika sesungguhnya mereka
                   seharusnya tidak punya pengaruh apa-apa pada kita.

                   Filosofi Teras mengajarkan kita untuk tidak memberikan kuasa kepada
                   orang lain untuk mengganggumu. Artinya, kuasa itu sudah ada di tangan
                   kita. Perasaan terganggu oleh perilaku orang lain sepenuhnya terserah
                   kita, dan kitalah yang menentukan mau memberi power itu ke orang lain

                   atau tidak. Orang lain tidak bisa membuat kita merasa terganggu jika kita
                   tidak memberikan izin. Teman sekolah mengolok-olok kita? Kolega di
                   kantor memiliki kebiasaan menyebalkan? Atau, bahkan orang tua kita
                   sendiri rasanya sering memperlakukan kita tidak seperti yang kita
                   harapkan? Jika kita terganggu oleh itu semua, Stoisisme mengingatkan

                   bahwa kitalah yang mengizinkannya.

                   Terkadang, orang lain bisa menjengkelkan kita bukan karena apa yang
                   mereka lakukan, tetapi karena apa yang TIDAK mereka lakukan. Misalnya,
                   orang-orang yang tak tahu berterima kasih. Stoisisme mengajarkan agar
                   kita jangan bete jika kebaikan atau keramahan kita TIDAK dibalas. Contoh,
                   saat kita tersenyum pada orang lain dengan maksud ramah, tetapi orang
                   tersebut melengos saja. Keselgak? Sebelum saya belajar Stoisisme,

                   saya akan kesal sekali kalau sudah bersikap ramah pada orang lain, terus

                   dikacangin begitu. Atau, saya sudah berbuat hal yang memikirkan orang
                   lain [considerate], tapi tidak dianggap. Misalnya, saya membuka pintu
                   gedung dan menahankan pintu untuk orang yang di belakang saya, tetapi
                   orang yang di belakang saya boro- boro bilang terima kasih, menengok










          FILOSOFI TERAS                             162
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198