Page 194 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 194

saja tidak, melengos saja seolah-olah sudah pekerjaan saya menahankan
                   pintu untuknya. Setelah menerapkan Filosofi Teras, saya tidak perlu lagi

                   merasa kesal. Sekali lagi, prinsip dikotomi kendali menjadi panduan saya.
                   Saya tidak bisa mengendalikan respons orang. Bersikap baik kepada
                   orang lain adalah pilihan dan di bawah kendali saya, tetapi "respons orang
                   lain" tidak di bawah kendali saya, dan betapa bodohnya jika saya
                   mengharapkan orang lain "harus" memberi respons yang sesuai. Saya
                   sudah harus cukup bahagia bahwa saya telah bertindak memedulikan
                   orang lain. Tidak lebih dari itu.


                         "Kamu salah jika kamu melakukan kebaikan pada orang dan
                         berharap dibalas, dan tidak melihat perbuatan baik itu sendiri sudah
                         menjadi upahmu. Apa yang kamu harapkan dari membantu
                         seseorang? Tidakkah cukup bahwa kamu sudah melakukan yang
                         dituntut Alam [Nature]? Kamu ingin diupah juga? Itu bagaikan mata
                         menuntut imbalan karena sudah melihat, atau kaki meminta imbalan

                         karena sudah melangkah. Memang sudah itu rancangan
                         mereka...begitu juga kita manusia diciptakan untuk membantu
                         sesama. Dan ketika kita membantu sesama, kita melakukan apa yang
                         sudah dirancang untuk kita. Kita melakukan fungsi kita.” - Marcus
                         Aurelius [Meditations)




                   Butuh Dua Pihak untuk Merasa Terhina

                         "Ingat, untuk bisa benar-benar menyakitimu, tidak cukup dengan
                         hinaan saja. Kamu harus percaya bahwa kamu sedang disakiti. Jika
                         seseorang sukses membuat kamu terprovokasi, sadarilah bahwa

                         pikiranmu pun turut berperan dalam provokasi ini. Itulah pentingnya
                         untuk kita tidak memberi respons secara impulsif. Berikan waktu
                         sebelum bereaksi, maka akan lebih mudah bagi kamu memegang
                         kendali (atas dirimu sendiri)." - Epictetus [Enchiridion)


                   Ini adalah human insightyang brilian dari para filsuf Stoa. Untuk bisa

                   sungguh terjadi “penghinaan”, harus ada yang merasa terhina. Sebuah
                   penghinaan sesungguhnya tidak bernilai sampai objeknya merasa bahwa
                   ia disakiti. Saat ini terjadi, maka penghinaan itu “sukses". Namun, jika sang
                   objek tidak merasa terhina, maka hinaan itu sesungguhnya sebuah
                   serangan yang tumpul dan tidak berarti. Jika ada seseorang yang dihina
                   dan merasa terhina, maka Epictetus akan menyalahkan si terhina, “Salah
                   lo sendiri kalo tersinggung!” Ini konsisten dengan yang telah kita bahas

                   sebelumnya tentang mengendalikan persepsi kita sendiri. Menghina ada di







                                                            163                       HENRY MANAMPIRING
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199