Page 197 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 197

dengan prinsip S-T-A-R [Stop-Think & Assess-Respond). Saat emosi mulai
                   mendidih akibat membaca linimasa media sosial, stop! Jangan tergesa-

                   gesa menggerakkan jempol, jangan melakukan apa-apa. Time out dulu,
                   kemudian berpikir. Kata-kata hinaan, celaan, provokasi hanyalah “kata-
                   kata”. Kata- kata tidak mengubah realitas, sama halnya dengan ketika kita
                   mencaci maki sebuah lukisan mahakarya. Nilai lukisan tersebut tidak akan
                   berubah. Jika saya sampai merasa tersinggung dan terpancing, maka ini
                   sepenuhnya salah saya. Lagipula, dengan demikian tujuan si provokator
                   justru tercapai. Namun, jika kita tidak terpancing, bahkan bisa menjawab

                   dengan kepala dingin dan tidak emosional, ada hal positif yang bisa
                   tercapai. Wawancara di akhir bab dengan Cania Irlanie, seorang aktivis,
                   akan lebih memperjelas bagian ini.

                         "The best revenge is to be unlike him who performed the injury." -
                         Marcus Aurelius [Meditations)


                   Untuk mereka yang menghina kita dengan sengaja, bagaimanakah kita

                   bisa “membalas dendam"? Marcus Aurelius, seorang kaisar, memiliki
                   jawaban yang singkat dan jelas, “Sesungguhnya balas dendam yang
                   terbaik adalah dengan tidak berubah menjadi seperti sang pelaku". Jika
                   kita menerima hinaan dan kemudian kita pun berubah menjadi penghina
                   yang emosional dan dikuasai kemarahan, maka yang menang adalah

                   kemarahan dan kebencian. Seperti di film-film zombi, jika si manusia
                   normal digigit oleh zombi dan kemudian berubah menjadi zombi juga,
                   maka sang zombi sudah menang.

                   Ada orang sengaja menjelekkan atau ingin memprovokasi kita? Stand your
                   ground. Tetap menjadi praktisi Stoa yang memegang kendali atas persepsi
                   dan responsnya yang baik. Maka, itu akan seperti adegan di mana zombi
                   'menggigit’ kita, tetapi tidak mempan. Itulah "pembalasan” terbaik menurut

                   Marcus Aurelius, ketika kita tidak turun derajat menjadi sama dengan yang
                   ingin berbuat jahat kepada kita.

                   "Sebagai obat untuk melawan ketidakramahan, kita dianugerahi
                   keramahan." - Marcus Aurelius iMeditations). Eh? Tidak hanya kita tidak
                   boleh ikut berubah menjadi jahat ketika diperlakukan jahat, Marcus

                   Aurelius mengajarkan bahwa cara menghadapi orang yang judes, kasar,
                   pemarah, tidak ramah, dan tidak sopan adalah justru dengan keramahan.
                   Ini memang ajaran yang sulit di masyarakat yang sangat reaktif, dan
                   rasanya tangan ini ingin menampol orang-orang menyebalkan. Namun,
                   seperti prinsip bahwa api akan padam dengan air dan bukan dengan api
                   lagi, begitu juga ketidakramahan hanya bisa "diperangi” dengan kebaikan.
                   Mengapa? Karena sering kali orang yang kasar pada kita tidak menyangka









          FILOSOFI TERAS                             166
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202