Page 219 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 219

manusia nyata, bukan teori mengawang-awang. Bahkan seorang
                       Marcus Aurelius pun berkata pada akhirnya memang ada orang-

                       orang tertentu yang harus dihindari.

                              “Pertemanan palsu adalah yang terburuk. Hindari sebisa
                              mungkin. Jika kamu jujur dan terus-terang dan bermaksud baik,
                              itu akan tampak di matamu. Tidak mungkin disalahartikan.” -
                              Marcus Aurelius [Meditations).

                        Rupanya, masalah teman palsu ini, sama seperti ketimun pahit,
                       sudah ada selama ribuan tahun, dan ini adalah salah satu contoh

                       tipe manusia yang terburuk dan harus dihindari sebisa mungkin.
                       Menurut saya, ada alasan mengapa Marcus Aurelius tidak
                       sembarangan menyuruh menghindari orang, dan secara eksplisit
                       membahas 'teman palsu’ (bukan sekadar orang-orang yang
                       menyebalkan, tidak tahu aturan, tidak sopan, dan lain- lain).

                        Teman palsu bisa mencelakakan kita karena kewaspadaan kita
                       terkelabui. Jika kita harus berurusan dengan orang yang baru kita

                       kenal, atau memang musuh kita, maka otomatis kita bersikap
                       waspada. Namun, dengan mereka yang berstatus “teman", kita
                       sering kali tidak kritis, atau membutakan diri kepada fakta bahwa dia
                       sebenarnya tidak tulus, atau hanya berteman dengan kita untuk harta
                       kita, atau sesungguhnya ingin mencelakai kita. “Kesialan terburuk

                       yang bisa menimpa seseorang yang kebanyakan duit adalah dia
                       mengira orang- orang adalah temannya, padahal sebaliknya tidak
                       demikian.” - Seneca. [Letters)

                        Selain teman palsu, rasanya selalu ada saja orang-orang yang
                       kehadirannya toxic, atau merusak mental kita. Mungkin dia
                       membawa pengaruh yang buruk, kata-katanya selalu menjatuhkan,
                       tidak mau kalah, atau terang-terangan selalu ingin menyakiti kita.

                       Usaha untuk memperbaiki [instruct) sudah dilakukan dan dia tidak
                       mau berubah. Opsi menolerir [endure) pun dirasa sangat sulit,
                       karena kehadirannya sangat membawa aura negatif. Apa yang harus
                       dilakukan?

                        Ingat quote Marcus Aurelius tentang kalau ketemu ketimun pahit
                       dibuang aja? Saya rasa ini berlaku juga dengan hubungan sosial.

                       Pada akhirnya akan selalu ada orang yang negatif, yang tidak mau
                       dikoreksi, atau teman-teman palsu tadi. Ketika sudah tidak mungkin
                       untuk mengoreksi atau menolerir mereka, jalan terakhir menghindari
                       orang-orang tertentu dalam hidup selalu ada. Ada teman yang
                       korosif? Ya gak usah ditemenin. Ada teman yang kalau ngutang
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224