Page 263 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 263

Dalam artikel di The Independent berjudul "Parents of Successful
                      Kids Have These 11 Things in Common" disebutkan bahwa salah

                      satu kebiasaan orang tua dari anak-anak sukses adalah menghargai
                      usaha lebih dari “menghindari kegagalan". Psikolog Stanford
                      University Carol Dweck menjelaskan, bahwa anak-anak (dan juga
                      orang dewasa) memiliki dua konsep yang berbeda mengenai sukses.

                      Mentalitas pertama, "Fixed mindset" (mentalitas “sudah tetap"),
                      mengasumsikan bahwa karakter, kecerdasan, dan kreativitas bersifat

                      statis/tidak berubah. Karenanya, sukses menjadi "bukti" akan kualitas-
                      kualitas itu. Akibatnya, anak dan orang tua yang memiliki mentalitas
                      ini akan berjuang mati- matian meraih sukses dan menghindari
                      kegagalan agar bisa mempertahankan persepsi saya/anak saya
                      “pintar". Kegagalan dianggap mengancam realitas bahwa sang anak
                      adalah anak yang “pintar”.


                      Mentalitas kedua adalah "growth mindset" (mentalitas bertumbuh).
                      Mentalitas ini justru menyukai tantangan. Kegagalan tidak dilihat
                      sebagai bukti "kebodohan”, tetapi sebagai batu loncatan yang perlu
                      untuk pertumbuhan mental dan meningkatkan kemampuan kita.
                      Kecerdasan dan kreativitas dilihat sebagai sesuatu yang bisa
                      dikembangkan Igrow), dan bukan paket pemberian yang sudah
                      absolut.


                      Contoh perbedaan kedua mentalitas ini adalah bagaimana kita
                      memuji anak saat mereka sukses, misalnya meraih nilai ujian yang
                      bagus. Jika kita berkata, "Wah, nilai kamu bagus sekali. Kamu
                      memang anak yang pintar\", ini akan melahirkan anak bermental
                      fixed. Anak mulai tumbuh dengan persepsi bahwa dia memang
                      terlahir pintar.


                      Lho, memang apa salahnya jika anak mengira dirinya pintar? Hal ini
                      bisa berpotensi menjadi dua masalah. Yang pertama, jika dia akhirnya
                      mengalami kegagalan (kejadian yang sangat mungkin dalam
                      kehidupan nyata), fixed mentality bisa membuatnya terguncang
                      1"Katanya saya pintar...kok saya gagal?") Kedua, fixed mentality bisa
                      mengurangi motivasi untuk berkembang, karena kepandaian
                      dianggap sebagai super power yang sudah tertanam sejak kecil

                      l"Saya kan pintar, untuk apa susah payah belajar lagi, saya pasti bisa
                      kok...").

                      Alternatif lain memuji prestasi anak adalah dengan memuji effort
                      (upaya), misalnya, "Wah, nilai kamu bagus sekali. Kamu pasti sudah











          FILOSOFI TERAS                             228
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268