Page 333 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 333

Filsafat sebagai Obat


                            ‘‘Kembalilah ke filsafat......bagai pasien yang mencari obat
                            untuk mata yang lelah, atau perban untuk luka bakar, atau
                            salep. Kamu akan menaati nalar dan rasio...dan menikmati
                            perawatannya." - Marcus Aurelius (Meditations).




                      Ryan Holiday dalam bukunya The Daily Stoic menyamakan Filosofi
                      Teras bagaikan obat untuk jiwa. Dalam kesibukan kita sehari-hari,
                      tentunya kita akan sering melupakan filosofi, melupakan nalar kita,
                      melupakan disiplin-disiplin yang harusnya kita tegakkan pada diri
                      sendiri. Akhirnya, kita mulai menjauh dan masalah pun mulai

                      bermunculan, mulai dari emosi negatif, opini dan pertimbangan yang
                      keliru, hubungan antarmanusia yang rusak, dan lain-lain.

                      Pada saat itulah kita harus mengambil jeda, kembali ke filsafat untuk
                      kembali menyegarkan ingatan mengenai prinsip-prinsip yang baik.
                      Dalam praktik sehari-hari, saya menyempatkan untuk terus membaca
                      tulisan mengenai Stoisisme, baik


                      membaca ulang tulisan-tulisan klasik yang sudah pernah saya baca
                      atau membaca artikel dan buku-buku yang baru. Menurut saya,
                      mengingatkan diri secara berkala ini sangat membantu agar niatan
                      kita sebagai prokopton tetap teguh.



                      Laku Nyata Lebih Penting


                      Sekali lagi mengenai pentingnya laku nyata sebagai buah dari
                      mempraktikkan Filosofi Teras. “Jangan menyebut dirimu sendiri
                      ‘seorang filsuf’, atau menggembar-gemborkan teori- teori yang kamu
                      pelajari....karena domba tidak memuntahkan lagi rumput kepada

                      sang gembala untuk memamerkan banyaknya rumput yang telah
                      dimakannya; tetapi domba mencerna rumput tersebut di dalam
                      tubuhnya, dan ia kemudian memproduksi susu dan bulu. Begitu juga,
                      janganlah kamu memamerkan apa yang sudah kamu pelajari, tapi
                      tunjukkanlah tindakan nyata sesudah kamu mencernanya.” Epictetus
                      /Enchiridion).


                      Prokopton diharapkan untuk tidak sekadar berbicara, apalagi sekadar
                      untuk memamerkan atau memukau [impress] orang lain, mengenai
                      pemahamannya akan Stoisisme. Epictetus melalui kutipan di atas
                      menegur keras sikap orang-orang yang mempelajari filsafat untuk










          FILOSOFI TERAS                             300
   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338