Page 113 - Teks Tanah Kebun
P. 113
Tanah Kebun
rembulan yang bercahaya menerangi awan yang
hitam dan pekat amat cantik apabila dipandang.
Bersama kerlipan sinar bintang-bintang yang
menghiasi dada malam.
Kalau ditanya mengapa sang rembulan
tidak kelihatan di siang hari bersama terik panas
matahari jawapannya itu adalah kuasa Tuhan.
Mungkin Tuhan mahu kita sebagai manusia yang
dijadikannya agar menghayati suasana alam
ciptaannya di malam hari dengan melihat
keindahan sang rembulan.
Pada satu malam sang rembulan berasa
amat berdukacita. Menangis mengalir air mata
seolah-olah sesuatu yang menyedihkan mengusik
jiwanya. Pungguk kekasih hatinya yang setia
berasa terkejut dan hairan apabila melihat orang
yang dicintainya berasa sedih dan menangis pada
malam ini.
“Wahai kekasih yang aku sayangi sang
rembulan. Kenapa kau nampak sedih hingga
menangis? Adakah aku telah menyakiti dan
melukai hatimu?” pungguk lalu bertanya untuk
mendapatkan kepastian.
Mengapa dengan tiba-tiba saja kekasih
hatinya ini dibungkus dengan rasa kedukaan yang
teramat sangat?” Sang rembulan sebaliknya
hanya berdiam diri dan tidak menjawab
pertanyaan kekasihnya itu. Makin jadi resah dan
gelisah tidak menentu sang pungguk dibuatnya.
Hanya diam bersama rasa duka yang kian
membelit wajah kekasihnya sebagai jawapan
kepada pertanyaannya benar-benar menjadikan
113
Teks Tanah Kebun.indd 113 03/06/2020 16:42:29

