Page 116 - Teks Tanah Kebun
P. 116

Azaika SR


              bawah. Kita yang bernama manusia memandang
              sang rembulan dari bawah. Begitu juga dengan
              sang rembulan meskipun  tidak dikurniakan  mata
              oleh Tuhan  boleh jadi dapat melihat dan berasa
              sedih dengan apa yang tidak sepatutnya  kita
              lakukan pada hari ini.
                     “Mereka berpecah-belah dan tidak bersatu
              sepertimana yang dituntut  dalam  agama,”  jelas
              sang rembulan lagi.
                     “Jadi,   itu  yang   menyebabkan     kau
              menangis? Mengenangkan nasib malang yang telah
              menimpa manusia pada  hari ni?” pungguk
              menyoal sambil memandang  dengan  rasa penuh
              kasih dan sayang. Wajah sang rembulan yang
              cantik berseri itu.
                     Sang rembulan menjawab pertanyaan yang
              diajukan  oleh kekasih  hatinya itu dengan
              mengangguk-anggukkan kepala.
                     “Benar wahai kekasihku pungguk!”
                     “Aku sendiri melihat bagaimana terjadinya
              persengketaan dan perpecahan sesama umat Islam
              di  bawah tadi.  Berpunca daripada resolusi
              persidangan  pihak pembangkang  membenarkan
              kalimah Allah dipakai oleh orang bukan Islam,” dia
              menyambung.
                     “Dahsyat    …!”   keluh   pungguk    pula
              sebaliknya dengan menarik nafas yang panjang.
                     “Memang     dahsyat.   Mereka    sanggup
              mempersenda-sendakan  kesucian agama. Yang
              menjadi pedoman hidup kita selama ini,”  celah
              sang rembulan.




                                     116






 Teks Tanah Kebun.indd   116                                  03/06/2020   16:42:29
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121