Page 7 - Sancaya Digital Meret 2017 - Susun.cdr
P. 7
06
Generasi Z, sebuah term yang begitu
akrab dalam perbincangan kita dewasa
ini. Ada yang kagum dengan klasifikasi ini
ada yang bersikap kritis dan tidak ingin
terjebak dalam tipologi ini. Tulisan ini pun
bukan sebuah upaya ilmiah akademis
dengan metodologi dan epistemologi
ketat ingin menguraikan istilah ini. Teks ini
sekadar memakai istilah ini untuk Andreas Doweng Bolo
memanyungi zaman dan generasi yang
kian melek dan bersahabat dengan
teknologi yang berkembang pesat.
Generasi yang oleh Chloe Combi dalam
bukunya Generation Z: Their voices, their
lives (2015): Generation Z is an emotional,
illuminating, sometimes dark, sometimes
hilarious odyssey through the lives of this
generation told in their own voices”. Maria Ulfah
Redaksi Sañcaya mengangkat tema UNPAR dalam upaya menghadapi
Generasi Z. Tiga dosen menjadi partner perbincangan Sañcaya yaitu Dr.
Harastoeti Dibyo Hartono (Fakultas Teknik-Arsitektur), dipandang
mewakili generasi dosen senior, Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H.
(Fakultas Hukum) mewakili generasi tengah, dan Adelia Tanara, SH,
M.Hum. (Lembaga Pengembangan Humaniora) merepresentasikan
generasi dosen muda di lingkungan UNPAR.
Generasi Z yang sedang dan akan menempuh Pendidikan di kampus ini
merupakan anak-anak yang lahir antara tahun 1995-2010. Mereka kerap
kali disebut iGeneration, Generasi Internet. Dalam sebuah Pamletf
berjudul Gen Z dikatakan bahwa Generasi Z adalah mereka yang berusia
antara 5-19 tahun. Generasi di atas mereka dikategorikan sebagai
Generasi Milenial dengan kisaran usai 20-35 tahun. Di atas Generasi
Milenial adalah Generasi X dengan rentang usai 36-50, dan di atasnya

