Page 223 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 223

209



                merupakan  instrumen  pendidikan  dalam  mengembangkan  diri  dan
                kehidupan mereka guna masa depan yang cerah. Menjadi saksi-Nya seperti
                yang dilakukan Yusuf, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
                     Hakikat Disrupsi bertumpu kepada perubahan yang sangat mendasar.
                Perubahan  elementer  atas  kebiasaan  manusia  yang  selama  ini  berkutat
                dengan cara hidupnya keseharian. Hadirnya teknologi dalam jaringan dan
                ponsel  cerdas  telah  mengubah  cara  hidup  manusia  dan  dalam  menjalin
                relasi serta komunikasi. Teknologi daring kini telah mejadi “point of contact”
                antar sesama. Termasuk guru dan peserta didik. Dengan point of contact,
                pemaknaan  menjadi  keniscayaan  (Salzmann,  Stanlaw  dan  Adachi,  2012:

                205). Dengan terjalinnya relasi dan komunikasi virtual maka dunia semantik
                percakapan merupakan pokok sublim (utama) dalam pembelajaran PAK.
                     Di  era  disrupsi  4.0  media  pembelajaran  sangat  dibutuhkan  oleh
                seorang  pendidik  dalam  hal  ini  para  dosen  dalam  melakukan  variasi
                pembelajaran,  sehingga  mahasiswa  tidak  mengalami  kejenuhan  dalam
                mengikuti proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu alat
                yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, sehingga diharapkan
                pembelajaran menjadi menyenangkan dan memberikan  gambaran secara
                jelas mengenai apa yang disampaikan. Dengan penggunaan metode yang

                tepat, maka pembelajaran PAK secara online dapat berjalan tanpa ada rasa
                bosan, sehingga semua kegiatan pembelajaran PAK dapat berjalan dengan
                baik.
                     Disrupsi  dalam  arti  gangguan  terhadap  nilai  dan  tata  sosial  punya
                risiko  memerosotkan  peradaban.  Arah  peradaban  manusia  telah
                meninggalkan  proposisi  Thomas  Hobbes  (1588-1679)  bahwa  masyarakat
                ditandai  oleh  perang  semua  melawan  semua  (bellum  omnium  contra
                omnes). Civil society sebagai masyarakat beradab tidak mungkin ada tanpa
                ikatan sosial yang erat dan adanya nilai-nilai (kultural, sosial, moral) sebagai
                modal  sosial.  Dalam  konteks  dan  kondisi  perkembangan  teknologi  dan

                perubahan sosial-ekonomi yang serba cepat, memang the great disruption
                tampaknya  tidak  terhindarkan.  Selama  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi
                masih  terus  berkembang,  maka  selama  itu  pula  disrupsi  akan  terjadi.
                Namun disrupsi mesti diatasi. Menurut Fukuyama, agar kita bisa menata
                kembali  masyarakat  secara  sosial,  perhatian  perlu  diarahkan  kepada  dua
                kapasitas  manusiawi,  yaitu  kesadaran  akan  kodrat  manusia  dan
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228