Page 24 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 24

10


                             16
                kesenjangan.   Jika  dikaitkan  dengan  keyakinan  seseorang  akan  menjadi
                sistem atau ajaran yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dalam
                                            17
                peribadatan kepada Tuhan.
                     William James mengartikan agama sebagai “perasaan, tindakan, dan
                pengalaman  setiap  orang  dalam  kesendiriannya”,  seiring  pemahamannya
                dalam bersikap  yang  berhubungan dengan apa saja yang  mereka anggap
                sebagai  Tuhan.  Hubungan  itu  bisa  bersifat  moral,  fisik,  atau  pun  ritual,
                dapat  dibuktikan  bahwa  hal-hal  diluar  agama  yang  berada  di  luar
                pemahaman  seseorang  mungkin  dapat  berupa  teologi,  filsafat,  dan
                                                                                   18
                organisasi-organisasi kebatinan yang tumbuh seiring dengannya.
                     Mircea Eliade menyatakan, bahwa inti agama adalah adanya dialektika
                antara  yang  sakral  dan  yang  profane  (tidak  menyangkut  agama).  Agama
                secara  kebenaran  dalam  kesucian  sebagai  pegangan  (guidance)  bagi
                manusia,  maka  agama  harus  memiliki  nilai  kebenaran  absolut.  Nilai
                kebenaran relatif tidak mungkin dijadikan pegangan,  karena hanya  akan
                                                                          19
                membawa  manusia  pada  absurditas  (kemustahilan).   Nilai  kebenaran
                itulah  sebagai  pegangan  yang  absolut  sebagai  hal  yang  sangat  signifikan
                karena  sesungguhnya  agama  tidak  hanya  dipandang  semata-mata  dari
                dimensi teologisnya. Maksudnya adalah sekalipun agama bersumber dari

                Tuhan  –  karenanya  transenden  dan  absolutistic  –  agama  lebih  banyak
                difungsikan  guna  memberikan  kesemestaan  makna  (meaning  universe)
                kehidupan manusia. Karena itu agama bercorak antropologis, dikarenakan
                eksistensi primordialistik manusia yang terikat sepenuhnya dengan agama,
                sebagai  bagian  dari  dimensi  historis-sosiologisnya.  Artinya,  agama  akan
                                                                                      20
                selalu terlibat dalam dialektika-historis dengan peradaban manusia.

                  a.  Agama Menurut Para Ahli
                        Dari  penjelasan  pengertian  agama  di  atas  beberapa  ahli  memiliki
                  berbagai  pendapat  mengenai  agama.  Sekalipun  memiliki  perbedaan




                16   Jonas  S.  Kamus  Alkitab  &  Teologi:  Memahami  Istilah-Istilah  Sulit  dalam  Alkitab  dan
                Gereja. (Yogyakarta: ANDI Offset, 2016), 9.
                17  Stenley R. Paparang. Kamus Multi Terminologi. (Tanggerang-Banten: Delima, 2014), 27.
                18  Alex Sobur. Kamus Besar Filsafat: Refleksi, Tokoh, dan Pemikiran. (Bandung: CV Pustaka
                Setia, 2017), 13.
                19  H.M. Ridwan Lubis. Sosiologi Agama. (Jakarta: PRENADAMEDIA Group, 2015), 2
                20  H.M. Ridwan Lubis. Ibid., 3.
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29