Page 17 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 17

situasi hidup yang menimpa kita bersifat indifferent (netral saja).

                Saat Perang Vietnam pecah, ia ditugaskan bertempur di sana. Pesawatnya
                tertembak jatuh, dan ia menjadi tahanan di Hanoi, Vietnam selama tujuh tahun! la
                sering ditaruh di sel bawah tanah, disiksa, dipukuli, dan tiap hari mengalami

                penistaan lahir dan batin. James Stockdale mengatakan bahwa berkat Epiktetos ia
                mampu bertahan waras, meski mengalami tekanan psikologis dan siksaan fisik
                selama tujuh tahun. Kisah POW {prisoner of war] James Stockdale menginspirasi
                orang lain. Seorang pengusaha besar yang kehilangan kesehatan, kekayaan, dan
                istrinya akhirnya menemukan hidupnya kembali berkat filsafat Stoa (bdk. roman

                yang ditulis oleh Tom Wolfe, A Man in Full, 1998).

                Lalu di tahun 1990-an, di Amerika Serikat berkembang sebuah metode psikologi
                yang populer bernama “terapi kognitif". Katanya, ajaran ini mendapatkan inspirasi
                                              2
                dari Buddha dan Epiktetos . Inti terapi kognitif menyatakan bahwa segala emosi
                yang mengganggu kita sebenarnya berasal dari cara penilaian yang salah. Cara
                berpikir tertentu menjadi penyebab munculnya simtom-simtom yang mengganggu.
                Cara pandang kita yang keliru atas kejadian dalam hidup menyebabkan kita stres,

                gelisah, depresi atau marah-marah tanpa alasan yang jelas.

                         Bahagia Apatheia

                         Mengapa membicarakan Marcus Aurelius yang berperang? Atau, James
                         Stockdale yang menjadi tawanan perang? Apa pula gunanya

                         membicarakan soal stres dan depresi dalam terapi kognitif?

                         Lho, justru karena hidup kita ini setiap hari perang! Kita keluar rumah jam
                         05.15 sudah harus berperang menghadapi macet di jalanan di Jakarta. Kita
                         harus cepat-cepat ke tempat kerjaan, berebut jalan dengan kendaraan lain,
                         kadang emosi menjadi tinggi. Setelah dua jam menembus kemacetan, di
                         kantor pun segala persoalan siap membuat stres dan tekanan darah kita

                         naik. Belum lagi berita di teve, radio, atau media sosial yang menemani
                         nyaris 24 jam. Isinya cuma perang saja: perang mulut para politisi, beda
                         opini kaum intelektual, siasat dagang iklan-iklan yang membombardir, dan
                         segala keributan lainnya.

                         Bagaimana bisa damai di tengah suasana seperti itu? Bisakah berbahagia
                         dalam hidup yang dari pagi berangkat kerja sampai malam pulang kerja

                         selalu dipenuhi konflik dan ketegangan tanpa henti?

                         Filsafat Stoa mengusung kebahagiaan yang tidak lazim.
                         Mereka mengatakannya sebagai ataraxia, sebuah kata Yunani yang
                         akarnya dari ataraktos (a = not, dan tarassein = to trouble]. Ataraxia
                         dengan demikian berarti not troubled [untroubled, undisturbed].

                         Kebahagiaan—yang kita bayangkan sebagai jiwa yang tenang dan damai
                         —digambarkan oleh kaum Stoa sebagai situasi negative, yaitu "tiadanya
                         gangguan". Bahagia adalah saat kita tidak terganggu.




                2 Relevansi Filsafat Stoa pada psikologi kognitif dan kisah tentang James Stockdale ditemukan dalam Jean-
                Baptiste Gourinat, Le stoicisme, une maniere depenser', Le magazine litteraire, no. 461, fevrier 207, him. 30.
                Kisah James Stockdale (tertuang dalam buku Master of my Fate] juga pernah dituliskan oleh Y. D. Anugrahbayu,
                "Kebahagiaan dalam Ketenangan Batin: Garis-garis Besar Etika Stoik", Jurnal Filsafat Driyarkara Th. XXXIV
                No.1/2013, him. 31-32. Buku Filosofi Teras ini juga mengutip kisah epik pilot Amerika ini.
            FILOSOFI TERAS                                XH
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22