Page 21 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 21

karena dihantui oleh ketakutan di masa depan, oleh bayangan- bayangan
                         fantasinya sendiri bahwa orang-orang dan takdir sedang berusaha
                         menjatuhkannya.


                Sebaliknya, jangan dikira bahwa kelekatan pada kesenangan serba nikmat
                membawa bahagia. Tidak! Orang yang selalu mencari senang-senang dalam
                hidupnya adalah orang yang merana manakala terlalu banyak waktu luang. Kapan
                bisa happy- happy lagi? Kapan makan enak lagi? Kapan jalan-jalan lagi?

                Bagaimana caranya supaya bisa bahagia, terhindar dari rasa campur aduk yang
                memporakporandakan batin? Bagaimana bisa tenang, terbebaskan dari rasa

                perasaan negatif? Filsafat Stoa mengajarkan untuk mencermati empat jenis emosi
                negatif yang menjauhkan kita dari kebahagiaan (ketenangan batin) yaitu: iri hati,
                takut, rasa sesal atau pahit, dan kesenangan (kenikmatan).

                Insight tajam kaum Stoa memberi tahu kita bahwa emosi negatif bukanlah
                "perasaan liar”, bukan pula "hal irasional" yang tak bisa dijelaskan asal-usulnya.

                Emosi adalah bagian dari rasio. Emosi negatif adalah opini yang mengatakan
                bahwa sesuatu itu buruk (sehingga muncul rasa sesal dan rasa takut) atau opini
                yang mengatakan bahwa sesuatu itu baik (sehingga ada rasa senang dan rasa
                mengingininya). Bila opininya berkenaan dengan masa kini yang muncul adalah
                rasa senang dan rasa sesal, sedangkan bila berkaitan dengan masa depan yang
                keluar adalah rasa iri dan takut. Berbagai jenis rasa-merasa yang meruyak dalam

                hati kita, seperti rasa marah, empet, sepet, paranoid adalah jenis-jenis emosi yang
                bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam salah satu jenis emosi negatif tadi.
                Dengan mendefinisikan emosi negatif sebagai opini, sebagai aktivitas rasio, maka
                kaum Stoa memberi kita kunci untuk mengendalikan emosi negatif.

                Bagi Stoa di dalam rasio kita ditemukan yang namanya hasrat, kehendak,

                keinginan, nafsu, sekaligus cara berpikir. Dengan menyatakan bahwa semuanya
                ada di dalam rasio yang sama, maka emosi-emosi negatif bukanlah sesuatu yang
                irasional! Sejauh emosi muncul dari rasio, maka emosi adalah sebuah rasionalitas
                juga, tetapi rasionalitas yang melenceng. Emosi negatif bagi kaum Stoa adalah
                hasil rasio yang salah menilai, yang keliru. Dengan mendefinisikan emosi negatif
                [pathos] sebagai sesuatu yang juga rasional, apa yang biasa disebut "perasaan
                liar" bisa dipahami dan dipilah untuk akhirnya dilatih supaya menjadi emosi yang
                baik [euphateia].


                         Kunci   kebahagiaan   bagi   Stoa   adalah   manakala   kita   terhindarkan   dari
                         nafsu-nafsu  gak  jelas, kecanduan atau  addicted  pada sesuatu, angkara
                         murka, kehilangan kendali, dendam kesumat, kecemasan yang obsesif,
                         rasa kesal berlebih-lebihan yang bisa dirangkum dalam empat jenis emosi
                         negatif: iri hati, takut, rasa sesal atau pahit, dan rasa senang- nikmat.




                         Selaras dengan Rasio (Alam)

                         Kaum Stoa mengandalkan distingsi pokok antara "apa yang tergantung

                         padaku"   (yaitu   jiwaku   atau   rasioku)   dan   "apa   yang   tidak   tergantung
                         padaku” (yaitu tubuhku, lahir dan matiku, statusku, karierku, hartaku, siapa
                         gubernur   dan   presidenku).   Setia   dengan   tradisi   Sokrates,   kaum   Stoa

            FILOSOFI TERAS                               XIV
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26