Page 179 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 179

Sudah bisa diduga apa yang terjadi pada seseorang dengan
                      keseimbangan minus seperti saya. Saat di tengah lokakarya, saya

                      berjalan ke arah toilet dan tidak melihat adanya undakan di lantai.
                      Jatuhlah saya disertai bunyi KREKW Saat terjatuh, rasa malu saya
                      lebih besar dari rasa sakit saya (maklum, sedang ada klien), dan
                      dengan gagah berani saya tetap jalan ke toilet walau sedikit terseok.
                      Kemudian, saya tetap pede melanjutkan lokakarya.

                      Tiga puluh menit kemudian, di daerah sekitar mata kaki saya mulai

                      terasa nyut-nyutan. Satu jam berlalu dan bengkak di kaki saya
                      semakin membesar. Dalam hati saya sudah menduga bahwa ini pasti
                      keseleo Isprained ankle). Ketika rasa sakit sudah tak tertahankan,
                      saya menyerah dan akhirnya pergi ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
                      di rumah sakit terdekat. Sesudah dicek dokter jaga dan difoto rontgen
                      untuk memastikan tidak ada tulang yang patah, akhirnya saya divonis
                      keseleo dan harus minum obat anti-sakit serta mengurangi mobilitas

                      karena kaki harus diistirahatkan dan dibebat.

                      Di ruang IGD tersebut, sambil menunggu penyelesaian proses
                      administrasi, saya menatap kaki yang bengkak bagaikan talas Bogor,
                      dengan emosi campur aduk. Jujur, saya sudah sempat merasa
                      jengkel dan bodoh mengapa saya bisa tersandung. Ditambah lagi,
                      masih ada rasa malu bahwa ini terjadi di acara klien. Di atas itu
                      semua, ada rasa kesal karena selama beberapa hari ke depan pasti

                      saya akan berjalan tertatih-tatih, bahkan mungkin harus
                      menggunakan tongkat.

                      Saat pikiran-pikiran itu mulai melintas, akhirnya terpikir juga oleh
                      saya, “Bagaimana saya bisa mengaplikasikan Stoisisme di dalam
                      situasi ini?" Sebagai seseorang yang sedang menulis mengenai
                      Stoisisme, peristiwa ini bagaikan ujian langsung apakah saya bisa

                      mempraktikkan apa yang saya baca dan tuliskan.

                      Yang pertama, saya menghentikan arus pikiran dan emosi negatif
                      yang mulai timbul (langkah: Stop}. Kemudian, saya mulai
                      memisahkan fakta dan interpretasi (faktanya: saya tersandung dan
                      keseleo. Itu saja. Jika saya mulai merasa ini sebuah kesialan, ini
                      sudah 'mterpretasi/value judgment saya sendiri).


                      Akhirnya, dengan susah payah saya mulai mencoba mengendalikan
                      interpretasi saya (langkah: Think & Assess], kira-kira seperti ini:



                            “Saya keseleo, karena kesandung. Sudah, tidak perlu diributkan
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184