Page 209 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 209

saja. Seorang praktisi Stoisisme tidak akan hanya diam saja melihat itu,
                   tetapi akan memberi tahu baik- baik kesalahannya dan menunjukkan

                   bagaimana seharusnya mengantre [to instruct). Jika orang tersebut sudah
                   diberi tahu tetapi tetap ngotot dan berperilaku menjengkelkan, barulah opsi
                   kedua diambil, to endure them. Di Bab VI sudah dibahas bahwa kita
                   mampu tidak merasa tersinggung atau marah atas ulah orang lain. Selain
                   itu, salah satu nilai kebajikan [virtue) Stoisisme adalah temperance atau
                   menahan diri. We can endure other people if we practice temperance.


                   Jadi, mengajukan keluhan [complaint) dengan tujuan memperbaiki situasi
                   atau orang lain tidak bertentangan dengan Stoisisme. Yang tidak didukung
                   oleh Stoisisme adalah menggerutu dan menggosipkan kesalahan orang
                   lain, tetapi tidak memperbaiki keadaan maupun membuat orang lain
                   menjadi lebih baik.

                   Tentunya ini tidak berarti kita menjadi sangat mudah menegur orang lain,
                   sedikit-sedikit menjadi hakim yang tegur ke sana sini, baik di dunia nyata

                   maupun online. Sebelum kita mencoba memperbaiki orang lain, kita harus
                   benar-benaryakin bahwa kita sudah betul-betul mengerti situasi yang ada
                   dan bahwa teguran memang diperlukan. Ada standar ketat yang harus kita
                   terapkan kepada diri sendiri sebelum bisa menegur orang lain. Yakinkah
                   bahwa penilaian kita akan seseorang sudah akurat? Bagaimana jika kita
                   yang salah? Jika masih ada keraguan bahwa kita benar-benar mengerti
                   situasi sebenarnya, termasuk dari perspektif orang lain, mungkin lebih baik

                   kita diam.

                   Apalagi ketika kita memasuki konteks perbedaan budaya, di mana sebuah
                   perilaku bisa dianggap tidak layak di budaya yang satu, tapi layak di
                   budaya lainnya. Contohnya, bagi kamu, bersendawa di depan orang lain
                   sesudah makan mungkin menjijikkan. Namun, bisa saja kamu traveling ke
                   suatu daerah di mana bersendawa tidak hanya normal, bahkan dianggap

                   hal yang baik (misalnya tanda seseorang sungguh-sungguh menikmati
                   makanan yang disuguhkan tuan rumah). Maka, jika kamu menegur
                   seseorang bersendawa di daerah di mana hal itu diterima (bahkan
                   diharapkan), kamulah yang terlihat bodoh, egois, bahkan menyebalkan. Di
                   sinilah kebijaksanaan Iwisdom) diperlukan.

                   Ada banyak situasi lain di mana prinsip instruct or endure bisa diterapkan.
                   Dari di rumah sendiri, keluarga besar, di sekolah atau pekerjaan, atau di

                   masyarakat luas, baik offline maupun online, kita bisa melakukan hal ini.
                   Sayangnya, banyak dari kita yang tidak mau menyampaikan teguran
                   membangun kepada orang lain, dan hanya mengomel, bahkan bergosip, di
                   belakang orang itu. Seperti karyawan yang terus-menerus mengeluhkan
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214