Page 205 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 205

Apakah kamu benar-benar yakin orang lain melakukan kesalahan?
                   Sudahkah kita benar-benar MENGERTI situasinya? Sebagai contoh: kita

                   sedang berkendara, lalu tiba-tiba ada kendaraan yang cepat melaju
                   menyalip kita secara membahayakan. Maka, kita pun marah karena
                   merasa diperlakukan buruk. Pertanyaannya, apakah kita yakin bahwa dia
                   melakukan itu dengan sengaja untuk memprovokasi kita? Atau, yakinkah
                   kita bahwa dia memang pengendara yang ceroboh? Atau, mungkinkah
                   sebenarnya dia sedang dalam situasi darurat/emergency, karena istrinya
                   harus melahirkan di rumah, di saat yang sama kucingnya juga? Faktanya

                   hanyalah kendaraan kita disalip secara membahayakan, tetapi hanya
                   sampai di situ. “Kreativitas” kita yang menambahkan motivasi di balik
                   perbuatan tersebut, dan sering kali bumbu kita hanya semakin menambah
                   kemarahan.

                   Dalam situasi antarmanusia, contoh sederhana soal “penglihatan” yang
                   menyesatkan /deceiving! sering menimpa teman-teman kita yang memiliki

                   temperamen introver. Introver butuh waktu menyendiri untuk “mengisi
                   ulang baterai” mereka, karena berada di antara orang banyak melelahkan
                   bagi mereka. Ini kebalikan dari kaum ekstrover yang justru menjadi lebih
                   berenergi di tengah banyak orang. Saat introver memilih untuk menyendiri,
                   teman ekstrover yang "melihat” ini akan mudah menganggap kalau dia

                   seorang yang sombong, tidak sudi bergaul, eksklusif, dan lain-lain. Contoh
                   lain, pasangan yang lupa menanyakan keadaan kita. Kita bisa tergesa-
                   gesa mengartikannya sebagai dia tidak peduli lagi dengan kita, padahal
                   mungkin dia sedang sangat sibuk atau tertimpa masalah yang harus
                   diselesaikan. Kita harus senantiasa berhati-hati dengan apa yang kita pikir
                   kita lihat dan dengar, karena itu hanya dari sudut pandang kita saja.


                   Jika kita menyadari betapa rentannya kita sendiri pada kesalahan dan
                   kekeliruan, maka tahap “Think & Assess” (Pikirkan dan Nilai) dalam S-T-A-
                   R menjadi sangat krusial dalam menentukan respon yang benar. Sebelum
                   kita emosi merasa "kebenaran" kita dilanggar, cek terlebih dahulu apakah
                   mungkin kita yang salah.




                   Waspada “Kurang Kerjaan"

                   "Kurang kerjaan banget sih lo?" Pernah mendengar ujaran yang kerap
                   diberikan kepada orang yang melakukan aktivitas yang tak berguna dan
                   hanya merugikan orang lain? Hampir 2.000 tahun lalu pun Seneca sudah

                   menyadari bahwa “kurang kerjaan” bisa menjadikan kita orang yang
                   menyebalkan:











          FILOSOFI TERAS                             174
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210