Page 204 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 204

Sebagai contoh: sahabat dekat kita tidak mengucapkan selamat ulang
                   tahun. Persepsi kita sendiri: dia sengaja! Dia sudah benci sama saya! Kok

                   tega-teganya dia berlaku seperti ini sementara saya tidak pernah lupa
                   mengucapkan selamat ulang tahun kepada dia. Ingat, bahwa hal yang
                   benar-benar fakta objektif adalah "tidak mengucapkan selamat ulang
                   tahun". Soal sahabat kita sudah membenci kita adalah murni bikinan
                   pikiran kita sendiri (interpretasi/va/ue judgment yang kita tambahkan
                   kemudian).


                   Rantai persepsi (yang hanya ada di dalam pikiran kita) ini bisa berlanjut
                   sampai panjang sekali. Sekali kita membiarkannya menguasai pikiran kita,
                   maka respon apa yang muncul? Kita mulai marah. Mungkin kita sengaja
                   mengambek. Kemudian kita mulai mengumpulkan sekutu di antara teman-
                   teman. Kita mulai mencari bukti bahwa teman yang tadi memang ngeselin.
                   Kemudian, dari mengambek, mulailah konflik terbuka, dimulai dari chat
                   pribadi, chat grup, sampai akhirnya berantem beneran dengan menyewa

                   ormas. Alhasil, rusaklah sebuah pertemanan. Semua ini dimulai dari apa?
                   Hanya karena seseorang lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada
                   kita dan kemudian "dibumbui" persepsi kita! Apakah worth it (sepadan)
                   sesuatu yang lebih besar seperti pertemanan atau persaudaraan hancur
                   karena emosi yang tidak bisa kita kendalikan? Sudah berapa pertemanan,
                   persaudaraan, kerjasama yang bubar hanya karena salah paham dan

                   emosi yang lebih merusak dari hal yang memicu emosi itu sendiri?

                   Saat kita mulai merasakan kemarahan atau sakit hati yang timbul karena
                   perlakuan orang lain, selalu ingat tehnik S-T- A-R. Rasa marah dan emosi
                   negatif lainnya pasti timbul karena sebuah interpretasi
                   /representation)yang kita buat sendiri. Saat kita bisa memisahkan antara
                   "fakta objektif" dari interpretasi rekaan kita, kita bisa lebih merasa tenang.

                   Apalagi saat kita mengingatkan diri bahwa perilaku orang lain ada di luar
                   kendali kita, dan karenanya bukanlah sumber kebahagiaan—atau
                   ketenangan—kita.



                   Mungkin Kita yang Salah?


                   Saat kita merasa tersinggung oleh perlakuan dan kata-kata orang lain,
                   ingatlah bahwa bisa jadi kita yang keliru. Saat kita "mendengar" pendapat
                   orang lain, gosip yang beredar, sampai pesan berantai di group chat,
                   selalu sadari ini mungkin hanya opini saja. Di samping itu, opini, persepsi,
                   interpretasi belum tentu sama dengan fakta objektif yang ada. Bahkan,

                   penglihatan kita pun bisa menipu kita, karena sudut pandang kita terbatas
                   dan karena sering kali penglihatan kita bias.






                                                            173                       HENRY MANAMPIRING
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209