Page 210 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 210

perilaku kolega/bosnya, tetapi tidak berani berkata langsung kepada si
                   kolega/bos maupun menyampaikan keluhan melalui kanal resmi (misalnya

                   ke departemen SDM). Perilaku cuma berkeluh kesah, tetapi tidak mau
                   membantu orang lain memperbaiki dirinya, pada akhirnya hanya
                   merugikan semua orang. Si orang yang bersangkutan tidak tahu bahwa
                   dia perlu memperbaiki diri, si pengeluh tidak menyelesaikan apa-apa,
                   bahkan memperoleh predikat sebagai tukang gosip, dan hidup orang-
                   orang lainnya juga tidak berubah menjadi lebih baik.


                   Contoh lainnya, saat buku ini ditulis, hoaks, fake news (berita bohong), dan
                   black campaign marak beredar baik di media sosial maupun chat group,
                   terlebih menjelang tahun politik 2018-2019. Jika kita menerima sebuah
                   berita yang diragukan kredibilitasnya, apalagi bersifat merusak
                   (menimbulkan kebencian dan kecurigaan pada kelompok tertentu), yang
                   paling minimal bisa kita lakukan adalah tidak ikut-ikutan menyebarkannya.
                   Namun, ini tidak cukup. Marcus Aurelius akan menasihati kita untuk

                   memberi tahu /instruct) pihak yang menyebarkan bahwa berita ini
                   berpotensi merusak, tidak jelas kebenarannya, dan sebaiknya tidak
                   disebarkan. Saya mengerti bahwa melakukan ini pasti tidak nyaman,
                   apalagi jika pelakunya keluarga yang dituakan, tetapi, menurut saya ini
                   hanyalah masalah cara penyampaian. Jika pihak yang diberitahu masih
                   nyolot, ngeyel, atau tidak mau mengalah, kita tidak perlu merasa kesal.

                   Opsi kedua, endure, selalu ada di kendali kita.

                   “Dalam hidup, orang-orang akan menghalangi jalanmu. Mereka tidak bisa
                   mencegah kamu melakukan hal yang baik, dan tidak bisa mencegah kamu
                   menolerir [put up] mereka juga...karena marah adalah juga kelemahan,
                   sama seperti menjadi patah arang dan menyerah berjuang. Keduanya
                   adalah desertir: mereka yang menghindar dan mereka yang memutuskan

                   hubungan dari sesama manusia.” - Marcus Aurelius /Meditations). Bagi
                   Marcus, marah pada orang lain adalah kelemahan, begitu juga dengan
                   menghindari mereka. Kita digambarkan bagaikan prajurit yang desersi, lari
                   meninggalkan tugas, dan di dalam dunia militer, perilaku desersi sangat
                   terhina.




                   Kemarahan: “Gila Sementara”

                   Bagi Seneca, orang yang marah sedang mengalami "gila sementara”
                   /temporary madness). "Keburukan dan kejahatan (v/ces) lain memengaruhi
                   pertimbangan [judgment] kita, tetapi kemarahan memengaruhi kewarasan

                   kita: keburukan dan kejahatan (lain) menyerang kita dengan lunak dan
                   tumbuh tak terlihat, tetapi kemarahan menjerumuskan pikiran manusia
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215