Page 283 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 283

ada masalah. Atau, gue bilang bahwa cara anak belajar berbeda-beda.
                     Misalnya, tidak perlu ngajarin warna dengan cara anaknya harus duduk

                     diam di meja, terus diajarin, ini merah, ini biru, dan seterusnya. Kita bisa
                     saja main mobil-mobilan dengan warna- warna solid, terus kita minta,
                     “Coba jalanin mobil merah,” atau “Coba jalanin mobil hijau.” Atau, coba
                     pindahkan bola merah ke dalam keranjang merah. Jadi cara belajar
                     tidak perlu duduk (diam), itu yang terkadang orang tua lupa.


                     Menurut Agstried mengapa orang tua jadi terobsesi secara tidak realistis

                     mengenai konsentrasi anak?

                     Karena tuntutan sekolah jaman sekarang mungkin? Ada konsepsi yang
                     salah mengenai kecerdasankah? Seolah-olah anak pintar itu harus bisa
                     masuk TK dengan kemampuan sudah bisa berhitung. Anak pintar harus
                     bisa kenal huruf. Padahal untuk bisa menghitung 1, 2, 3...tanpa
                     mengenal konsep kuantitas, buat apa? Satu itu berapa, dua itu berapa,

                     jika mereka tidak tahu buat apa? Jika mereka tahu huruf A, B, C tapi
                     tidak tahu bunyinya seperti apa saat digabung jadi kata, untuk apa?
                     Daripada belajar huruf dan angka, kenapa tidak main kata saja.
                     Misalnya kuda, "da”-nya diganti “di”, jadi apa? Kudi! Mereka familiar
                     dulu dengan sound.


                     Jadi yang ada “lompat” step. Orang tua tidak realistis, tapi juga karena
                     tuntutan sekolah bahwa anaknya harus sudah “jadi”. Ada SD yang
                     menuntut anak yang masuk sudah harus bisa


                     baca. Ditambah keterbatasan informasi, bahwa it's okay anak itu belajar
                     pelan-pelan. Anak yang bisa membaca di usia empat tahun dengan
                     yang baru bisa membaca di usia tujuh tahun, bedanya apa sih? Pada
                     akhirnya yang menentukan adalah minat baca, bukan kemampuan
                     baca.



                     Apakah ini bisa disamakan dengan "controlling parents”?

                     Sebenarnya relasi orang tua dengan anak dengan adalah bagaimana
                     kamu bisa berdamai dengan dirimu sendiri sebagai orang tua. Misalnya,
                     gue mengunjungi sebuah sekolah internasional yang sangat
                     menekankan prestasi akademik. Suatu hari gue seminar di sekolah itu,
                     terus ada orang tua bilang gimana ngomongin ke anak kalo udah masuk

                     SD, nilai gak boleh 80, harus 100. Terus anaknya nanya balik ke orang
                     tuanya, "Kan 80 sudah bagus?" dan orang tuanya bertanya ke gue, gue
                     harus bilang apa ke anak itu?
   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288