Page 288 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 288

karena gue berusaha mengontrol apa yang tidak bisa gue kontrol.
                        Gue maunya anak gue nanti lahir dengan proses normal dan full ASI,

                        maka gue memilih rumah sakit untuk melahirkan yang sangat pro-ASI
                        dan pro-kelahiran normal. Tapi, Tuhan berkata sebaliknya. Ketika
                        USG selama kehamilan ternyata dinyatakan dia tidak bisa lahir
                        dengan proses normal. Itu tidak bisa gue ubah. Ketika gue masuk RS
                        full ASI, gue berharap dapat full support untuk menyusui. Tetapi
                        ternyata, karena satu dan lain hal gue, gak bisa menyusui karena
                        harus menjalani pengobatan. Ini tidak bisa gue kontrol.


                     Akhirnya gue merasa capek dan menutup diri dari dunia.

                     Akhirnya selesai cuti melahirkan gue mulai bekerja kembali, melihat
                     dunia luar, dan akhirnya berpikir, anak gue baik-baik saja. Emang
                     kenapa dengan sufor (susu formula)? Yang bisa gue kontrol hanyalah
                     asupan anak kita agar dia tetap hidup, dan itu tidak harus ASI. Apa lagi

                     yang bisa gue kontrol? Gue bisa memastikan tumbuh kembang anak
                     kita dengan memberi stimulasi yang cukup. Akhirnya gue belajar the
                     hard way bahwa ada hal-hal yang tidak bisa gue kontrol.

                     Parenting is all about letting go hal-hal yang gak bisa lo kontrol, dan
                     fokus di hal-hal yang bisa lo kontrol. Dan hal yang paling dasar yang
                     bisa lo kontrol adalah lo bisa membuat mereka merasa diterima apa pun
                     wujud mereka.



                     Bisa tolong diperjelas?

                     Bayangin anak SD pada umumnya. Sekarang anak SD baru pulang
                     sekolah jam 14:30. Di sekolah sudah belajar bilingual (dua bahasa). Tas
                     sekolahnya pun sudah harus diseret (saking beratnya). Anak ini
                     kecapekan, kemudian di rumah minum terus tidak sengaja menjatuhkan

                     gelas sampai pecah. Terus anak ini dimarah-marahi. Kita tidak tahu apa
                     yang sudah dilaluinya sehari ini. Jadi sesimpel lo bisa menerima dia as
                     the way they are—dia merasa aman menjadi siapa pun di deket lo, itu
                     yang bisa lo kontrol.


                     Bagaimana mengajarkan hal yang sama ke anak?

                     Contoh: anak jatuh. Jatuh itu kan wajar banget, anak kecil

                     keseimbangannya belum sempurna, mereka mudah ter- distract, jalan
                     sambil melihat yang lain. Jangan bertanya, "Kok bisa jatoh?!” Kita bisa
                     sekedar berkata, "Hati-hati yaaa. Liat jalan ya, sakit kan kalo jatoh...."

                     Atau kita menuntut hal-hal yang tidak masuk akal dari mereka. Contoh,
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293