Page 292 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 292

kita terhadap orang-orang di sekitar. Dia mengatakan bahwa relasi
                      sosial kita bisa digambarkan sebagai beberapa lingkaran dari yang

                      kecil sampai besar, di mana diri kita ada di tengahnya.

                      Lingkaran terdekat kita adalah keluarga (ayah, ibu, istri, anak,
                      saudara), kemudian di luarnya lagi adalah lingkaran orang- orang di
                      desa, kelurahan kita, kota kita. Lebih besar lagi adalah orang-orang
                      sebangsa kita. Kemudian, masih lebih besar lagi adalah seluruh umat
                      manusia. Dalam Filosofi Teras, kasih sayang kita terhadap sesama

                      seharusnya "meluas", mulai dari keluarga inti kita, kemudian
                      menyayangi orang-orang di desa atau kota kita. Terus lagi,
                      menyayangi mereka yang sebangsa dengan kita. Bahkan pada
                      akhirnya, diperluas lagi sampai menyayangi seluruh umat manusia.

                      Hierocles mengajarkan untuk menyapa siapa pun sebagai "sahabat"
                      atau "saudara", sesuatu yang rasanya sudah lumrah dipraktikkan di

                      negeri kita (dengan sapaan "Mas", "Mbak", "Kak", "Bang", dan lain-
                      lain).

                      Dalam Filosofi Teras, ini artinya mengakui bahwa pada akhirnya
                      semua manusia adalah bagian dari dunia dan semesta yang sama,
                      dan karenanya tidak semestinya kita membedakan orang, apalagi
                      sampai mendiskriminasi dan menyakiti orang yang berbeda.
                      Kewajiban berbuat baik kepada orang lain yang telah kita bahas

                      sebelumnya harusnya menembus lingkup keluarga sendiri, suku
                      sendiri, agama sendiri, bangsa sendiri, dan bahkan mencakup
                      seluruh manusia.

                      Jika kita ingat latihan untuk membayangkan diri kita terus terbang ke
                      atas, sampai keluar planet, bahkan keluar tata surya, sampai di luar
                      galaksi, maka barulah kita merasa planet ini sungguh kesepian di

                      alam semesta, dan seharusnya kita bisa hidup rukun bersama-sama.
                      Di sini lah saya (semakin) jatuh cinta pada Filosofi Teras, karena
                      sejalan dengan prinsip kemanusiaan universal yang sudah saya
                      pegang sedari dulu. Konsep ini juga mengingatkan saya pada quote
                      dari Sayyidina Ali bin Thalib yang pernah saya baca, “Yang bukan
                      saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan." Ini
                      sungguh quote yang indah, karena apa lagi yang lebih tinggi dari

                      saudara dalam "kemanusiaan”? Kecuali mungkin jika kita bertemu
                      alien—itu pun kalau ada alien yang baik hati.

                      Jika persaudaraan yang diajarkan Stoisisme menembus identitas
                      agama, bahkan bangsa, tidakkah seharusnya kita merasa betapa






                                                               259
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297