Page 293 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 293

absurdnya pertengkaran yang disebabkan hanya karena pilihan
                      politik? Apalagi permusuhan yang lebih sepele lagi, seperti

                      perbedaan klub bola favorit, perbedaan kampung halaman, atau
                      perbedaan sekolah. Kita bisa membenci orang lain sedemikian rupa
                      bukan karena mereka menyakiti atau menghina kita (padahal, dalam
                      Stoisisme, hal tersebut sebenarnya juga bukan masalah), tetapi
                      hanya karena mereka memiliki warna kulit yang berbeda, bahasa
                      yang berbeda, cara ibadah yang berbeda, dan memiliki budaya yang
                      berbeda.


                      Ketika saat ini ada begitu banyak pihak yang berusaha memisahkan
                      dan membedakan kita—baik dalam lingkup tetangga sekitar, kota
                      kita, sampai negara kita, Stoisisme terasa semakin relevan untuk
                      menjadi antidote melawan kekuatan yang hendak memisahkan dan
                      mengadu domba kita.


                      Jika kita menggabungkan ini dengan kata-kata Marcus Aurelius
                      bahwa, "Kita datang ke dunia ini demi satu sama lain,” maka, prinsip
                      "kosmopolitan” di atas jauh lebih dalam dari sekadar menoleransi
                      atau menerima mereka yang berbeda. Yang dituntut Stoisisme lebih
                      dari sekadar sebuah sikap pasif—yang penting tidak berbuat jahat—
                      seperti, "Yang penting saya tidak menyakiti mereka yang berbeda."
                      Sebaliknya, kewajiban utama kita adalah berbuat baik secara aktif
                      tanpa membedakan siapa pun.


                      Pernahkah kita membaca atau mengetahui adanya penderitaan dan
                      kesusahan di lingkungan kita, atau saudara sebangsa di daerah lain,
                      kemudian setelah mengetahui mereka adalah suku lain atau
                      beragama lain, kita menjadi tidak termotivasi untuk membantu?
                      "Ooooh, ternyata dia agamanya beda sama saya, gak jadi menolong
                      ah.”


                      Yang menarik, konsep kosmopolitan ini sebenarnya mendapatkan
                      dukungan dari dunia sains. Dengan ilmu genetika, dunia sains saat
                      ini menerima bahwa seluruh umat manusia yang ada sekarang
                      sebenarnya memiliki nenek moyang yang sama yang berasal dari
                      Afrika. Spesies kita, Homo sapiens, meninggalkan Afrika sekitar
                      60.000-120.000 tahun yang lalu, kemudian mulai menjelajah bumi

                      dan bermukim di belahan bumi yang berbeda. Perbedaan warna kulit,
                      warna mata, rambut, dan fitur fisik lainnya terjadi perlahan sebagai
                      bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang baru (misalnya, para
                      nenek moyang bangsa Eropa yang harus hidup di daerah yang
                      miskin sinar matahari tidak membutuhkan perlindungan dalam bentuk





                                                               260
   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298