Page 45 - ALBAYAN EDISI 19
P. 45

ang hendak berangkat jam 10.00 pagi tadi.   ia niatkan untuk sedekah, namun ditolak
         Bunda dan adik Nana tidak ikut namun we-  oleh wanita itu.
         jangan dari beliau pada ayah bahkan Nana   “Maaf nak, kami masih punya kaki dan
         melebihi nasihat dari gurunya, dan hanya   tangan untuk bekerja, kami tidak butuh
         di iyakan oleh remaja itu.             sedekah dari anak cantik seperti kamu, ke-
            Sesampainya di mall-yang paling dekat   cuali jika kamu punya niat memberi had-
         dari rumahnya, Nana mulai berbelanja se-  iah.” Makin tertamparlah Nana saat itu. ish,
         gala yang ia suka. Mulai dari parfum, face-  ayahnya ini pintar sekali membuat ia tersa-
         wash dan segala hal yang berbau wanita.   dar, Ia tersenyum kembali.
         Sang ayah lagi-lagi hanya tersenyum dan       “Iya bu, ini Nana hadiahkan buat
         sesekali mengangkat telepon dari bunda,   anak- anak ibu.”
         ekspresi beliau hanya tersenyum sambil
         berkata,  “Sabar bun,  dia yang  ngerasain           ***
         kok.”                                         “Maafin Nana ya, ayah,” ia beru-
                 Tiba-tiba saat ia sedang asik meli-  jar saat di motor, di spion motor terlihat
         hat gelang mainan, ayah memanggilnya.  ayahnya sedang tersenyum sekilas. “Nana
                 “Ikut ayah yuk.”               baru ngerti. Kenapa ayah sama bunda ja-
                                                rang jajan di mall.”
            Nana bingung, namun tetap mengikuti    “Emang kenapa?”
         langkah kaki orang tuannya itu. Ayahnya
         membawa ia ke luar mall, Nana menatap     “Biar irit kan?” Ayah terkekeh pelan.
         ayahnya hendak protes, namun hanya di-        “Iya betul, selain itu buat apa kita
         balas ssst-an oleh pria itu. Sesampainya di   buang-buang makanan yang bisa kita
         seberang jalan ia dan ayahnya mengham-  bikin sendiri. Kamu, bunda kan bisa masak
         piri sebuah keluarga pengamen, yang ter-  kue, masakan, dan lain-lain, masih banyak
         diri dari orang tua dan ke-empat anaknya.  orang yang lebih susah dari keluarga tadi,
                 Ayah mengajak Nana duduk,      makanya ber“
         menurut. meski agak protes.               “Syukurrr.” Nana tertawa menanggapi
            “Coba, kamu tanya keluarga itu deh,”  candaan ayahnya,
            Nana mengerutkan alisnya “Buat? Tan-   “Kamu juga punya mimpi kan, ilmu itu
         ya apaan?” Dan hanya dijawab “Tanya apa   gak semata-mata gratis, semakin mahal
         saja.” Oleh ayah. Nana terdiam dan selintas   ilmu itu semkin jarang orang yang dapat,
         pertanyaan lewat di kepalanya.         bener gak?”
                 “ibu..” Ia memanggil ibu dari kelu-  Gadis itu mengangguk dan tertawa da-
         arga itu, tatapannya teduh tapi menyirat-  lam diamnya.
         kan kelelahan “Ada apa, Nak?”             Thanks ayah, Nana bener-bener baru
                 Nana tersenyum kaku “Ibu, sekelu-  paham  arti  dari sebuah  pepatah  ‘hemat
         arga udah makan?”                      pangkal kaya’ ternyata ini toh, kita gak
            Lagi-lagi beliau tersenyum “Alhamdulil-  perlu  jadi  kaya dihadapan  manusia kare-
                                                na hidup ini masih berangsur panjang ke
         lah sudah, Nak, baru tiga hari kemarin kelu-  alam dimana kita akan bertanggung jawab
         arga ibu makan.” Nana tercekat, ia menatap   atas apa yang kita punya.
         ayahnya yang ditatap mengangkat bahu
         pura-pura tidak tahu.
            “Tapi bu.. maaf, memangnya ibu atau
         bapak tidak punya uang kah?” Nana ber-
         tanya hati-hati. Ibu dan bapak itu hanya
         menggeleng.
            Hufft, ia menghela napas.  Ternyata
         ini  yang  diartikan  ayahnya,  membuang
         uang hanya untuk barang yang tidak ia
         butuhkan benar-benar sifat orang boros.
         Ia menatap plastik yang berisi berbagai
         makanan yang niatnya ia berikan pada adi-
         knya. “Ibu, Nana punya makanan buat kel-
         uarga ibu aja.” Ia menyodorkan plastik yang

                                                                MAJALAH AL-BAYAN   45
                                                                         EDISI 19
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50