Page 12 - KOMPAK_TES
P. 12
12 faktual
edisi 153/Th ke-13/Mei 2016
Harus Konsisten
Baru Adil
Jika sistem karir SDM ditata dan diregulasi secara baik dengan
formula grade yang mencerminkan tingkat konstribusi suatu
jabatan (role based), akan mewujudkan keadilan (internal
equity) dalam pemberian kompensasi untuk memotivasi. Kerja Amsal C. Appy-CoChair Tim Kerja di
Job Grading, menjelaskan mengenai
pun jadi nyaman, tak hanya harapan. mekanisme penentuan skor setiap kursi.
keterampilan komunikasi dalam rangka men-deliver produknya”,
jelas Amsal. 7 CF’s pada setiap kursi di satker akan membentuk
grafik naik turun, di kepemimpinan misalnya 1, di keahlian bisa 2,
penyelesaian masalah 3, dan seterusnya sehingga jadilah skor akhir.
Dan, dalam menentukan skor, semua anggota Tim Kerja bekerja
dengan sangat baik, kompeten, mengedepankan musyawarah yang
mencerminkan adanya kedewasaan intelektual dan jiwa besar dalam
menentukan skor tersebut. Ini kekuatan luar biasa untuk mereduce
penilaian subyektif sehingga setiap wakil satker tidak akan merasa
satkernya paling tinggi atau paling rendah. Jadi, kami selama bekerja
intensif itu, hampir tidak melakukan voting karena umumnya
Erwin Gunawan H-Chairman Tim Kerja di Job Grading, mempresentasikan diputuskan secara musyawarah yang baik dan matang,” tegas Amsal.
hasil kerja timnya kepada Tim Validasi di Surabaya beberapa waktu silam. Setelah Tim Kerja usai menjalankan tugasnya dengan baik,
hasil kerja mereka dilakukan paparan kepada Tim Validasi yang
beranggotakan Kepala Departemen, dengan Ketua Dody B. Waluyo
elama sebulan penuh, Tim Kerja Penilaian Jabatan fokus dan all (DMST) dan Wakilnya Dian E. Rae (DR).
out menilai setiap kursi pada level G V hingga G III. Sedangkan Menurut Dian E. Rae, baik Tim Kerja maupun Tim Validasi,
Slevel G VI dinilai oleh Tim Validasi dan level G VII serta G VIII oleh sudah menjalankan tugasnya hingga purna. Saat ini penentuan
Steering Commitee (DG). Tim Kerja diketuai Erwin G. Hutapea dari DPM grade akan segera diputuskan oleh Dewan Gubernur. “Kami sudah
dan Amsal C. Appy dari DHk wakil. menyelesaikan tugas dengan baik, dan tinggal menunggu hasilnya,”
“Tim Kerja adalah para G VI (DD) yang mewakili semua satker (core, jelas Dian E. Rae.
enabler, KPwDN). Hasil kerja kami diserahkan kepada Tim Validasi yang Penentuan grade-nya sendiri menurut Amsal, bersifat sangat
terdiri dari para G. VIII, Pemimpin Satker tertentu untuk diolah dan rahasia dengan menggunakan alat yang jamak dilakukan di
kemudian ditentukan grade-nya” jelas Amsal. lembaga-lembaga internasional termasuk Bank Sentral di negara
Job grading, apakah? Singkatnya adalah mengukur dan menilai lain. “Jadi, kelak kursi yang saya duduki ini akan sama nilainya dengan
suatu jabatan (kursi) dibandingkan dengan jabatan lainnya. Setelah kursi yang diduduki pegawai bank sentral di Jepang atau Jerman
suatu jabatan mempunyai nilai, selanjutnya akan dicari sosok pegawai untuk jabatan yang sama,” ujar Amsal.
yang tepat di jabatan dimaksud. Dan untuk menduduki kursi nantinya, Nah, ketika pertanyaan mengerucut akankah sistem job
DSDM mungkin akan melakukan semacam fit and proper test yang grading ini akan lebih fair? Tentu saja, demikian Amsal meyakinkan.
tentunya memperhatikan rekomendasi Pemimpin satkernya. “Kuncinya konsisten dilakukan oleh pelaksananya maka keadilan
Untuk G II dan G I, tidak termasuk dalam tugas kami untuk menilai akan tercipta”, tegasnya penuh kepercayaan.
karena mungkin ada cara yang telah ditetapkan oleh DSDM sesuai Jangan lupa, pesan Amsal, ini bagian dari transformasi yang
dengan karakteristiknya relatif sama sebagai staf atau pelaksana. sudah menjadi komitmen Dewan Gubernur. Jika sistem berjalan
Lalu skor itu berapa skalanya? Mulai dari 1-3, asumsinya rendah- sukses, ke depan, menilai karier tak semata menilai orang, melainkan
sedang-tinggi. Nilai 1 bukan berarti tidak memiliki arti karena pada menilai sebuah peran (role base). Sehingga if there’s a right place, there
suatu jabatan, ada faktor yang memerlukan persyaratan dan kebutuh- will be the right person!
an dengan nilai cukup 1 tetapi untuk faktor lainnya, nilainya harus 3.
Skala tersebut digunakan untuk menilai 7 faktor kompensasi (7 CF’s)
yaitu functional knowledge, business expertise, leadership, problem solv-
ing, nature of impact, area of impact, dan interpersonal skill. Adapun
penerapan skala dan 7 CF’s tersebut didasarkan pada key responsibility
area (KRA) masing-masing jabatan yang telah ditetapkan sebelumnya,
dilengkapi dengan penjelasan nara sumber dari satker. Karena hasil
scoring tersebut bersifat rahasia maka tidak dapat diungkapkan di sini.
“Intinya, scoring itu adalah penilaian kursi secara relatif yang
didasarkan pada aspek kompetensi dan keilmuan, keahlian,
kepemimpinan, bagaimana menyelesaikan masalah, dampak, dan
Tim Kerja di Job Grading.

