Page 137 - BMP Pendidikan Agama Kristen
P. 137
123
lokal. Kekuasaan gereja lokal sepenuhnya berada pada anggota jemaat lokal,
yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dirinya sendiri secara
independen dan sepenuhnya. Dua hal yang sangat ditekankan oleh sistem
pemerintahan gereja ini adalah otonomi dan demokrasi. Jabatan gerejawi
adalah jabatan fungsional untuk melayani firman Tuhan, mengajar dan
melaksanakan urusan gereja semata-mata. Apabila ada komunikasi atau
masalah dengan gereja sejenis, maka mereka menyelesaikannya dengan
mengadakan konsili, yang hanya mengeluarkan “pernyataan” yang tidak
mengikat satu dengan yang lainnya. Tidak ada otoritas di luar gereja lokal,
meskipun dalam satu nama gereja, yang memiliki wewenang atau pengaruh
terhadap gereja lokal tersebut. Gereja yang menganut sistem ini di
antaranya adalah Gereja Baptis, Gereja Pantekosta, dan Gereja Kharismatik.
E. Perkembangan Gereja Dari Yerusalem Hingga Indonesia
Gereja sebagai sebuah kumpulan orang-orang yang beribadah kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat lahir pada peristiwa
Pentakosta, saat di mana Roh Kudus dicurahkan kepada para murid Yesus.
Sebelum hari Pentakosta ada 120 orang yang berkumpul dan berdoa di
Yerusalem (Kis. 1:15). Pada saat hari Pentakosta ada tiga ribu orang bertobat
(Kis. 2:41). Ketika Petrus dan Yohanes diadili di hadapan Mahkamah Agama
jumlah pengikut Yesus telah menjadi 5.000 orang laki-laki saja (Kis. 4:4),
hingga kemudian Alkitab mencatat bahwa jumlah murid Yesus semakin
bertambah banyak, bahkan sejumlah Imam Besar juga percaya kepada Yesus
(Kis. 6:7). Namun demikian, barulah di kota Anthiokhia, para pengikut
Yesus baru disebut sebagai orang Kristen (Kis. 11:26). Rasul Paulus yang
dahulu bernama Saulus, seorang penganiaya gereja, melakukan beberapa
kali perjalanan pemberitaan Injil Kristus ke wilayah Asia Kecil hingga ke
Eropa yaitu ke Roma (Kis. 28:16).
Hasil dari pemberitaaan Injil yang dilakukan oleh kedua belas murid
Yesus dan rasul Paulus adalah berdirinya banyak sekali gereja di berbagai
belahan dunia di Kerajaan Romawi pada masa itu. Sayangnya
perkembangan gereja itu diwarnai dengan berbagai pertentangan bahkan
konflik, baik secara teologis (karena perbedaan tafsir atas isi Kitab Suci)
maupun secara politik (akibat campur tangan negara, dalam hal ini Kaisar).
Akibatnya pada masa kini, kita mendapati bahwa ada banyak sekali aliran

