Page 234 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 234

sikapnya. Bukan hanya sikapnya terhadap saya, tetapi terhadap isu

                     yang sedang dibahas. Conversation matters. Inilah pentingnya elo
                     calm in the first place. Ketika elo menerima hujatan, elo tenang dulu.
                     Karena kalo elonya juga murka, tidak akan mungkin terjadi dialog.
                     Yang dilakukan orang-orang umumnya langsung blokir, langsung
                     delete. Ini denial. Don’t do anything that does not contribute positively.
                     Memblokir itu contribute negatively. Opportunity cost dari blokir itu
                     besar. Elo membuang kesempatan untuk orang ini menjadi positif di
                     media sosial. Dengan blokir/de/ete, elo men-deny (menyangkal)

                     doang, orangnya tetap ada. Bagaikan mobil elo tabrakan, mobilnya gak
                     dibawa ke bengkel, tapi elo tinggal aja di jalan terus elo pulang. Elo
                     emang gak liat lagi mobil itu, tapi mobil itu masih ada di jalan, masih
                     rusak.

                     Sekali lagi, saya bisa calm karena saya sudah mensimulasi dulu the
                     worst case. Untuk memastikan mental kita siap untuk apa pun.

                     Masalahnya kalo saya liat teman-teman yang seumuran saya, mereka
                     selalu berharap pada best case. Ini positive thinking in the wrong way,
                     karena elo akan shock banget saat worst case terjadi.


                     Sejak kapan kebiasaan menyiapkan skenario terburuk di atas mulai
                     terbentuk?

                     Mungkin karena hidup saya sekeras itu, hahaha. Saya lahir di keluarga

                     yang berada. Suatu hari orang tua saya berpisah saat gue masih kelas
                     1 SD. Kami anak-anak tinggal bersama nyokap, dan nyokap tidak
                     punya bekal apa pun untuk bisa mempertahankan gaya hidup yang
                     sama. Jadi, secara keuangan drop banget. Keadaannya berbalik 180
                     derajat. Yang dilakukan nyokap tidak memanjakan saya, atau

                     membuat anak-anaknya denial. Nyokap saya gak kayak gitu. Dia
                     malah memberi tahu bahwa kami jatuh miskin, mama cerai, jadi aku
                     harus menjaga adik. Nyokap gak pernah memperlunak masalah.

                     Jadi, saya gak pernah merasakan den/a//menyangkali keadaan. Kalo
                     ada masalah ya dihadapi langsung sejak kecil. Nah itu baru soal
                     kemiskinan. Selain kemiskinan, ada hal-hal yang muncul dari

                     kemiskinan itu. Karena elo miskin, elo harus menghadapi persaingan
                     yang lebih berat. Di sekolah misalnya. Ketika semua anak punya
                     gadget, saya gak punya apa-apa. Semua orang gampang mencari
                     informasi, tapi saya harus ke warnet, dan menghitung saya punya
                     uang berapa, jadi saya harus efisien memakai internet.


                     Saya ranking 1 dari SD sampai SMA karena nyokap selalu bilang,
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239